PANGLIMA WANGKANG



Jalan panglima Wangkang tepat berasa di sisi sungai Barito, yang mana merupakan kawasan

penduduk sejak masa dulu yang menjadikan sungai sebagai jalur transportasi utama. Panglima

Wangkang atau Demawang Wangkang adalah tokoh yang berpengaruh di daerah Marabahan.

Dendam pribadi wangkang atas prilaku belanda yang telah menghukum ayahnya dengan di

gantung di benteng tatas Banjarmasin. Dan dia bersepakat dengan Temenggung Surapati untuk

menyerang ibu kota Banjarmasin pada tanggal 15 November 1870 ia Bersama pengikutnya

sebanyak 500 orang meninggalkan Marabahan menuju Banjarmasin. Pertempuran terjadi di

dalam kota, tetapi karena kekuatan Belanda cukup besar, Dema Wangkang menarik Kembali

pasukannya ke luar kota. Demawan Wangkang dan anak buahnya tidak kembali ke tempatnya

habitat semula di Marahaban, tetapi ke Sungai Durrakhman. Tidak berapa lama di situ, pada

kesudahan Desember 1870 datang pasukan Belanda yang kuat, terdiri atas 150 orang serdadu dan

8 orang opsir. Pasukan Belanda ini sudah mendapat tambahan pasukan bantuan yang di

datangkan dari Surabaya dan pasukan dayung Dayak di bawah pimpinan Suto Ono. Sebelum tiba

di Durrakhman, pasuakan Belanda ini telah datang ke tempat pertahana Deamang Wangkang

semula yaitu di Marahaban, namun ternyata kosong. Benteng Demawan Wangkang di Durrakhman

didekati pasukan pemerintah Belanda. Salah satu amanat yang telah sampaikan panglima

wangkang adalah "Kalau yaku matei mayatku ela impandui, karena setiap yaku batulak

manyarang Balanda yaku jadi baudu. Yaku rela matei malawan Balanda". Yang artinya Kalau

saya mati, mayat saya jangan dimandikan, karena setiap saya berangkat menyerang Belanda,

saya sudah berwudhu dan saya rela mati melawan Belanda".Hal inila yang mendasari kenapa

tidak dimandikan, karena sudah dalam keadaan suci wudhu dan jatuh dalam peperangan

melawan penjajah sendiri adalah mati syahid dalam ajaran islam. Pejuang Dayak bakumpai

kalsel melawan penjajah belanda gugur di rembang petang, hari selasa 1872. Panglima

wangkang gugur karena penghianatan dari saudara beliau sendiri yang tergiur dengan penawaran

belanda yang cukup banyak lalu saudaranya menceritakan rahasia agar dihilangkannya panglima

wangkang, ya dengan menggunakan peluru emas. Setelah gugur ditembak dengan peluru emas di

Pertempuran hampir sehari penuh, jasad Panglima Wangkang tidak ditemukan Belanda hingga

beberapa hari. Karena saat tertembak peluru emas, kedua orang terdekat Panglima Wangkang,

yakni Panglima Odi dan Panglima Mahmud membawa jasadnya ke dalam hutan untuk

diamankan. Selama diumumkan di semak belukar, Belanda ternyata mengumumkan bahwa

siapa pun yang menemukan Panglima Wangkang baik hidup maupun mati akan diganjar dengan

hadiah ribuan Gulden. Pencarian mungkin wangkang pun belum membuahkan hasil, pihak Belanda

mengajak pihak keluarga pendiri untuk mencari bersama-sama dengan perjanjian kalau pihak

tuan yang lebih dulu ditunjukkan, maka pihak Belanda tidak akan mengambilnya. Belanda

pun berkenan jasadnya dimakamkan menurut tata cara adat istiadat kebiasaan. Tetapi jika pihak

Belanda yang terlebih dahulu mendapatkannya, maka sepenuhnya menjadi urusan mereka.

Secara diam-diam mayat Wangkang yang masih utuh di persembunyian itu dimakamkan di

Marabahan, di kampung Bentok (Tengah), di belakang kediaman rumah beliau. Yakni sekarang

beralamat di Jalan panglima Wangkang RT 9, Kelurahan Marabahan Kota. Menurut informasi

orang tetua, andai saja bukan peluru emas, mungkin Tuhan yang maha pengasih masih tetap

melindungi Wangkang dari marabahaya. Karena Wangkang dikenal kebal dari senjata apa saja

yang terbuat dari besi, timah, perak dan tembaga.

#budayadaerah


(***)