Fase Fase kekacauan Tanah Jawa.



meliputinya Medang antara Balaputra Dewa sebagai Cucu Raja Jawa beserta Keturunanya dan Raja Raja Medang di Jawa. Dalam Fase ini menurut tafsir D Casparis ada permusuhan kedua belah pihak. Tafsir nya mengandalkan Prasasti anjuk Ladang yang ada tulisan menang dari Raja Ri maLayu walopun tulisan Ma itu aus. Meskipun begitu berita lingwaidaida zaman Kadiri diceritakan kalau Kadiri berkali-kali mencetak dengan Sanfotsi.penyebutan Foshi , shilifoshi, sanfoshi memang jelas dibedakan dalam catatan Tiongkok, sama halnya dengan prasasti di Negri Ini berbeda ada kala menyebut Sriwijaya ada juga menyebut kerajaan Swarnadwipa pada masa BalaputraDewa. Meskipun dalam lrasasti tanjore , chola menyebut nama Negri Sriwijaya dan Negeri Melayu diantara negri2 lain di Pulau Sumatera dan semenanjung/hujung medini yang mereka taklukkan. Jadi pada masa ini berperang angsur terus menerus hingga Medang mengalami Mahapralaya sementara SwarnaDwipa dihancurkan oleh Chola. Seusai Mahapralaya peperangan berkobar di Tanah Jawa antara pendukung Airlangga melawan para Raja yang dahulu bawahan Wangsa isana. Dalam fase ini Airlangga berhasil membuat perdamaian buni Jawa dan menyatukan kembali dalam satu pemerintahan.


Fase kedua ketika kerajaan Airlangga yang disebut kahuripan dibagi dua Janggala dan Panjalu untuk para keturunannya. Tetapi justru terjadi perang saling menaklukkan. Pada tahap permulaan para keturunan kadiri atau Janggala berhasil memenangkan persaingan vs Janggala dan memimpin Tanah Jawa oleh banyak Raja kadiri, dan berhasil menjadi kerajaan terkaya di asia Tenggara.


Fase ketiga Kadiri mengalahkan wangsa Rajasa yang berdasarkan pasukan pendukung dari wilayah Janggala, ketika keluarga Rajasa sampai pada masa Raja kertanegara maka Jawa kembali mencanangkan Payung Dwipantara layaknya Kerajaan Medang. Pada masa ini dlaksanakan Pamalayu yang dalam catatan keberhasilanya mengatakan seluruh pahang seluruh Melayu berada dalam perlindungan Baginda. Hal yang sama di catat oleh prasasti Camunda yang menyatakan keberhasilan Raja Kertanegara melindungi Pulau Lain.


Fase keempat, Singasari senlat rubuh oleh Jayaktwang, seorang Bangsawan keturunan Kadiri, Tanah Jawa sempat ada dalam kekuasaannya beberapa waktu sbelum ia di hancurkan tentara Yuan yang dibantu oleh orang orang Singhasari. kemudian orang Singhasari membangun kerajaan di Majapahit yang bernama kerajaan Majapahit.


Fase kelima, Majapahit mengambil dan memperluas Wilayah yang sebelumnya ada dalam naungan payung dwipantara singhasari.peperangan terus berlangsung hingga mencapai puncak kejayaan pada zaman Rajasanegara. 


Fase keenam, perang takhta yang sangat menghancurkan Majapahit hingga kemudian kendali tanah Jawa beralih ke Kasultanan Demak. Peperangan peperangan dan peralihannya agama terjadi secara massal pada masa ini.


Fase ke tujuh, rubuhnya Demak dimasa keturunan Sultan Trenggono, konflik dan peperangan terus terjadi hingga kekuasaan beralih ke Pajang. Pajang rubuh dan kekuasaan pindah ke Kadipaten Mataram. Sultan Hadiwijaya kalah oleh anak angkatnya yaitu Sutawijaya bergelar Panembahan senopati.


Fase ke delapan, tanah Jawa dilanda peperangan dalam penyatuan oleh Mataram, peperangan panjang tak habis habis sejak zaman Sutawijaya hingga Sultan Agung lalu melanjutkan beragam pemberontakan terhadap Mataram serta perang perebutan Tahta. Pada masa inilah tahta perang Jawa mulai dimasuki oleh campur tangan kekuatan Bangsa yang tergabung dalam Kompeni milik Belanda. Dan tanah Jawa akan mengalami kemunduran serta penyebutan inlander akibat pelemahan daulat manusia Jawa secara terstruktur dan sistematis. Dalam fase ini Jawa berada dalam mode survival karena baru pada masa ini para Raja Jawa yang dianggap Dewa, pemegang sabdo pandito ratu harus menjadi pegawai Hindia Belanda dan digaji. Juga dikisahkan pusaka2 mataram ada yang hilang dibawa oleh seorang sultan Mataram yang dihukum buang oleh Belanda sehingga dinyatakan pusaka yang ada adalah Masjid Agung Demak. Mahkota Majapahit juga hilang dalam fase ini, sempat tercatat dalam kekalahannya Trunajaya bahwa mahkota itu ditemukan oleh panglima belanda dalam penyerbuan Kadiri dan diminta oleh Amangkurat.


Fase ke sembilan, para pegiat pergerakan Nasional merangkum sejarah pencapaian kejayaan Majapahit di Nusantara, yang membuat rasa dihinakan oleh Belanda sebagai inalnder serta di kastakan di bawah ras belanda dan Tionghoa seolah mendapatkan energi perlawanan yang terus menerus tidak padam. Waktu itu akhirnya tiba putera dari derah Dharmasraya menyatu dengan Putera Fajar Jawa Bali menjadi icon tidak setujunya Hindia Belanda menjadi bagian dari Kerajaan Belanda. Maka konsep Republik yang pernah ditulis oleh Tan Malaka, Sejarah Majapahit, dan pendidikan Militer Jepang yang anti bangsa Barat menjadi penyumbang Cakrwala baru yang muncul pada tahun 1945.



(***)