watak umum orang Jawa
Sulit menggeneralisir stigma bahwa Penguasa Jawa itu gemar membokong lalu dikaitkan dengan watak umum orang Jawa. Alasanya
Politik memiliki jurus jurusnya sendiri, watak memiliki alasan dan latar belakangnya sendiri.
Pertama, jika menunduk tapi menanduknya Dyah wijaya di Jayakatwang, Sutawijaya di Hadiwijaya, Serangan tiba tiba ke Batavia, terpencil Bangsawan Cirebon di Mataram. Itu juga dilakukan oleh bangsa bangsa lain contohnya Belanda yaitu Jendral De kock menahan P Diponegoro setelah perundingan gagal, Adolf Hitler yang diam-diam menyerang Uni Soviet, serangan mendadak Jepang ke Pearl Harbour. Dan masih banyak lagi. Di dalam ajaran sun tzu sebuah kitab strategi perang Tiongkok dikatakan jika anda Terbvnvh maka selesai sudah semuanya anda kalah, tapi jika anda selamat tetap hidup maka anda berpeluang membalasnya, karna dalam strategi ini bagian terakhir adalah bertahan hidup bahkan di katakan pada bagian ini ada teknik menyakiti diri sendiri sendiri dihadapan musuh agar musuh yang sudah kuat percaya bahwa lawannya sudah lemah sekali dan tidak mungkin bangkit melawan.
Kemudian soal watak kita melihat juga bagaimana sebagian orang2 Jateng masih distigma berwatak keras selain tentunya orang2 di Jatim yang imagenya lebjh blak blakan. Padahal era Mataram pada zaman perang Mataram membangun yaitu sejak Sutawijaya hingga Sultan Agung, orang-orang yang kemudian hari memiliki sikap Adap asor, ramah tamah dan santun santun itu juga terdapat catatan keterlibatan catatan peperangan yang tragis
Kedua, pada kenyataan saat ini ketika orang tidak sedang berpunya mau tidak mau akan tunduk pada yang berduit, kita melihat cukup banyak contoh etnik etnik yang mengaku memiliki filosofi bersumpah, namun sebagian besar terdokumentasi foto fotonya ketika persetujuan pada kompeni dan Kerajaan Belanda yang memiliki harta berlimpah. juga mampu memberikan pangkat saat itu.
Meskipun saya Pribadi kecewa juga jika membaca jalanya sejarah di Jawa mengapa pada akhirnya harus menjadi bagian Hindia Belanda, namun pada akhirnya saya menyadari satu hal bagi diri saya sendiri, yaitu jika saat itu Jawa hancur total dan sepenuhnya berada di bawah kolonial maka jangankan berharap bangkit, bisa mengerti membaca dan menulis saja akan berat sekali. sementara terciptanya pergerakan Nasioanl itu oleh orang orang yang bisa dibaca tulis dan dididik oleh sekolah belanda. dalam kasus lain ketika kalah dalam perang dunia satu Jerman tidak mengalami hancur separah ketika kalah dalam perang Dunia kedua. memang dalam perang dunia satu Jerman mengikat perjanjian yang merugikan akan tetapi Berlin tidak mengalami hal yang tragis seperti ketika kekalahan Jerman ketika dipimpin Hitler yang mengajak Jerman untuk perang total.
Jadi begitu juga di Jawa kalau sudah hancur total untuk bangkit akan berat.
(***)