MUSIK 2 MASA KUTAI



Sekira pukul 15.00 WIT kami tiba di musium Mulawarman. Museum milik Provinsi yang terletak di Tenggarong, Kutai Kartanegara. 

  

Terdapat dua gedung museum : lama dan baru. 

Di gedung lama atau utama, kita disuguhi khazanah kerajaan Kutai sejak sebelum raja Mulawarman berkuasa hingga masa revolusi kemerdekaan. 

Artefak, batu-batu prasasti, perabot, perabot rumah tangga hingga busana dan replika mahkota kerajaan tertata rapi di ruang-ruang terpisah. Di bagian busana, saya melihat model dan motif busana Sultan Kutai yang mirip dengan busana Presiden Jokowi saat peringatan HUT di IKN. Di beberapa etalase ada judulnya tapi tidak ada bendanya. Kalau tidak salah ingat, di tempat yang tidak ada barangnya itu ditempeli catatan kertas "benda sedang dipamerkan di tempat lain". Alangkah bagusnya bila di catatan terebut ditambahkan tulisan "sampai tanggal sekian". Agar pengunjung yang penasaran bisa kembali lagi setelah tanggal tersebut. Tapi sepertinya pengelola tidak mau repot2. Takut kalau pada tanggal yg tertulis, barangnya belum kembali. Bisa diviralkan pengunjung. 

Jadi ingat ungkapan : Bila engkau tidak mau berkata ingkar janji, maka jangan pernah berjanji.. hehehe..

Sayang sekali di ruang-ruang pamerannya hanya dilengkapi kipas angin, belum terpasang AC. Sehingga jauh dari rasa nyaman bagi pengunjung. Padahal suhu udara Kukar cukup panas.

 

Setelah dari gedung lama/utama, kami masuk gedung baru yang modern. Letaknya di sisi sebelah kanan. Begitu masuk, langsung terasa sejuk. Disambut 2 AC portable sebesar kulkas dua pintu. Gedung yang memiliki 3 lantai itu lebih merupakan etalase perjalanan pemerintah Provinsi Kaltim sejak masa kemerdekaan. Sehingga di lantai 2 terdapat patung setengah badan para gubernur yang pernah memerintah di provinsi tersebut. Benda-benda yang dipamerkan cukup beragam. Mulai dari tenun, batik khas kutai dan replika jembatan-jembatan di atas Mahakam, hingga mushaf Al Qur'an tulisan tangan. Di setiap pajangan diberi keterangan tentang benda tersebut. Sayang, karena tata lampunya (mungkin) disetting remang-remang, membuat kami agak kesulitan membaca narasinya. Seharusnya, diberi pencahayaan yang cukup, agar pengunjung mendapat informasi dari keterangan yang tertulis.

Kecuali untuk membangkitkan suasana romantis bagi pengunjung yang sedang memadu kasih alias pacar. 

Tapi rasanya kurang tepat. Masak pacaran di museum. 

Museum mungkin tempatnya masa lalu. 

Bukannya orang yang jatuh cinta itu sedang berusaha melupakan masa lalu untuk menyelaraskan masa depan bersama...?!. 

Hehehe... Katanya sih begitu..????????????


??????Salam sehat penuh rahmat????????


(***)