Sejarah Masjid Keramat Megu di Cirebon, Kuncennya Harus Keturunan Langsung Ki Buyut Megu
Saat melintasi Jalan Raya Desa Megu, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon, ada tugu merah disebut Tugu Masjid Keramat Megu. Menuju masjidnya, sekitar 30 meter saja.
Di sana akan tampak sebuah masjid yang temboknya dikelilingi bata merah. Di dekatnya ada beberapa pintu yang tingginya hanya sekitar 70 sentimeter. Sehingga saat memasukinya, badan harus sedikit merunduk.
Masuk ke dalamnya, ada halaman yang cukup luas dan rindang yang diteduhi sebuah pohon besar. Di samping pohon, terdapat sebuah bangunan sekitar 5 meter x 2 meter. Atapnya terbuat dari bambu yang diganti setiap satu tahun sekali.
Misko, juru kuncen Masjid Keramat Megu, mengatakan, tempat tersebut dulunya dipakai sebagai petilasan dan atapnya rutin diganti setiap tahun.
“Ganti atap ini mirip dengan Buka Sirap di Makam Kramat Buyur Trusmi, Blok Jeruk, Desa Trusmi Wetan, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon, yang rutin digelar. Kalau di sini setahun sekali,” katanya saat ditemui di Masjid Keramat Megu, Desa Megu, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon, Rabu (3/4/2019).
Memasuki masjid, ada sebuah ruangan yang dikelilingi tembok bata merah. Di dekatnya ada pula sebuah pintu yang tingginya hanya sekitar 50 sentimeter saja.
Di dalam ruangan tersebut terdapat makam pendiri Masjid Keramat Megu, yaitu Ki Buyut Megu, Nyai Buyut Megu, dan Pangeran Hariya Atas Angin. Masjid Keramat Megu sendiri dibangun sejak tahun 900 masehi.
“Kalau pintu di sini rata-rata pendek, itu melambangkan adab manusia ketika memasuki masjid harus mempunyai sopan santun. Salah satunya dengan merundukkan sedikit badan,” kata Misko kepada Tribun Jabar.
Di depan makam, terdapat bangunan inti masjid yang mempunyai sembilan pintu. Tiga pintu di depan, tiga pintu di samping kanan, dan tiga pintu di samping kiri. Sembilan pintu tersebut melambangkan Sembilan Wali.
Di dalamnya, ada empat tiang jati yang masih asli beserta mimbar dan tongkat yang masih utuh peninggalan Ki Buyut Megu.
Misko menjelaskan, dulunya Ki Buyut Megu mengajak masyarakat untuk masuk Agama Islam. Lambat laun, semakin banyak umat Islam, dia berinisiatif untuk membangun sebuah masjid.
"Dulu juga sudah ada tembok. Kami hanya menambahkan antara masjid utama dan makam saja," kata Misko.
Sembilan pintu utama masjid pun, kata Misko, masih asli dan terawat. Pintunya terbuat dari kayu jati. Biasanya, saat hari besar Islam seperti pelaksanaan Salat Ied, sembilan pintu itu dibuka. Kadang-kadang, saat Salat Jumat pun kerap dibuka.
Bangunan masjid berukuran 47 meter x 38 meter itu, di depannya memiliki atap yang tidak begitu tinggi. Sehingga benar-benar akan terasa seperti bangunan zaman dahulu kala.
Di samping kanan masjid, terdapat sebuah sumur keramat yang dipercaya dapat menyembuhkan segala penyakit dan hajat setiap orang.
Sumur tersebut memiliki kedalaman sembilan meter dan airnya tidak pernah surut. Uniknya, pembuangan air dari sumur tersebut ada di Desa Kecomberan, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon yang lokasinya sekitar 10 kilometer.
“Dari dahulu pembungannya memang di sana, karena masjid merupakan tempat yang suci,” tambah Misko.
Masjid Keramat Megu sendiri sudah didaftarkan Dusbudparpora Kabupaten Cirebon untuk dijadikan salah satu situs Cagar Budaya.
Selain memiliki sejarah dan beberapa peninggalan asli, kuncen di masjid itu juga harus merupakan keturunan langsung dari Ki Buyut Megu.
"Dalam sejarah memang tidak disebutkan Ki Buyut Megu mempunyai berapa anak. Tapi selama ini sih yang jadi kuncen harus keturunannya. Saya sendiri keturunan ke-41. Soal apa akibatnya jika bukan keturunan yang jadi kuncen, saya tidak tahu. Alhamdulillah sih selalu keturunan langsung, jadi tidak salah dalam penjelasannya," ucapnya.
(***)