SUNAN GUNUNG JATI BERTEMU NABI MUHAMAD
Akan tetapi sebelum penobatan Syarif Hidayatullah sebagai Sultan dilaksanakan, Syarif Hidayatullah muda mengutarakan isi hatinya supaya di ijinkan mengembara mencari Nabi Muhamad SAW kepada ibunya.
Alangkah terkaget-kagetnya Ibunda Syarif Hidayatullah, dalam keadaan itu kemudian Ibunda Syarif Hidayatullah berkata “Wahai anaku termasuk Nabi Muhamad telah wafat dan dikuburkan di Madinah, Anaku, bagaimana mungkin ananda bisa berjumpa dengan beliau?, sudahlah anaku, janganlah engakau pergi!”
Mendapati gelagat aneh dari anaknya itu, Ratu Nyimas Larasantang merasa khawatir dan menceritakan kepada patihnya yang bernama Patih Onka.
Sang Patih kemudian membujuk Syarif Hidayatullah Muda, bujuknya agar jangan mengembara, sebab Nabi Muhamad sudah wafat dan telah dikuburkan di Madinah lagipula penobatan Syarif Hidayatullah sebagai penguasa Banisrail segera dilaksanakan.
Namun Syarif Hidayatullah sudah kuat hatinya, ingin mengembara mencari Nabi Muhamad, demikian katanya terhadap Sang Patih “Paman aku tidak mengangap dia telah wafat, karena itu adalah urusan Allah yang bersifat maha pengasih. Apakah Paman pernah mendengar ada orang yang wafat kemudian datang menemui orang hiidup?, memang Allah itu maha kuasa. Susah atau mudahnya kita serahkan kepada Allah, jadi tambah Syarif Hidayatullah dengan keyakinan penuh”
Stelah peristiwa itu, kemudian Syarif Hidayatullah meninggalkan Istana Muda dan mengembara mencari Nabi Muhammad SAW. Dalam pengembaraannya itu Syrif Hidayatullah dikisahkan mengunjungi Makam Nabi Sulaiman di Pulau Majeti.
Beliau juga kemudian terdampar di Jabal Kahfi, dan dalam perjalanan selanjutnya dimana Syarif Hidayatullah Muda dalam keadaan lelah setelah seratus hari ratus malam tak kunjung menemukan Nabi Muhamad SAW, Syarif Hidayatullah dibawa ke alam dimensi lain, beliau melihat alam nyawa dimana tempat berkumpulnya nyawa orang-orang yang telah wafat dalam perang sabil berada.
Dalam alam Nyawa itu, Syarif Hidayatullah kemudian didatangi oleh Nabi Khidir, dan beliau mengabarkan kabar gembira kepada Syarif Hidayatullah, bahwa keinginannya untuk dapat bertemu Nabi Muhamad akan terlaksana, Sang Nabi Khidirpun kemudian mengangkat Syarif Hidayatullah menjadi Waliullah.
Dengan menunggangi Kuda yang bernama Kuda Sembrani, Nabi Khidir kemudian membawa Syarif Hidayatullah melesat bagaikan kilat, tenggelam dalam ketidaktahuan arah, utara-barat-timur maupun selatan. Alam menjadi gelap gulata hingga akhirnya sampailah ke suatu tempat yang terang benerang keduanya tiba di Gunung Mirah Wulung.
Setelah Syarif Hidayatullah muda turun dari kudanya, kemudian Nabi Khidir meninggalkan beliu sambil berpesan, “Engkau tunggulah disini dengan sabar, nanti aka ada yang datang kepadamu, nanti akan kau lihat sendiri”
Selang beberapa lama setelah masa penantian, datanglah seekor burung putih keluar dari puncak gunung mendatangi Pemuda Syarif dan kemudian membawa naik kepuncak gunung Mirah Wulung. Syarif Hidayatullah muda dibawa ke Masjid Kumala.
Tanpa diketahui kedatangannya, kemudian terlihat Rasullalah, cahayanya menyilaukan membuyarkan alam sekitarnya. Syarif Hidayatullah lalu menghambur untuk bersujud dihadapan Nabi, akan tetapi bahunya segera diangkat oleh Nabi, dan Sabdanya “Nanti kamu Kafir kalau menyembah sesama manusia.!, sebab sejak awalnya sujud itu hanya kepada Allah”
Pemuda Syarif kemudian berkata “Hamba mohon Syafaat, baiat kepada sejatinya, semoga selamat dunia samppai akhirat”
Kemudian Rasul Bersabda :
(Hai anak muda, yang akan menjadi pengganti diriku. Ingatlah kamu selalu kepada sesama hidup. Karena hidup itu tidak berbeda, tidak bisa dibunuh karena sukmanya itu Allah. Jangan sampai nanti terlambat, hanya ada satu tak ada duanya, yaitu itulah adanyamu. Namun lahir harus memaki Tirai, untuk meramaikan Negara, berikan petunjuk kepada hamba Allah, berhati-hatilah dalam tutur kata. Sempurnakanlah amal syariat yang utama dengan berbakti kepada ayah dan bunda, dan kunjungilah Ka'bah Allah, carilah guru yang saleh dan janganlah meninggalkan dunia adat, hanya itu nasihatku
Maka selesai sudah baitnya Rasullallah. Syarif Hidayatullah pun kemudian bersukur karena tercapai sudah keinginanya yaitu berjumpa dengan Nabi Muhamad SAW. Setelah peristiwa itu kemudian Syarif Hidayatullah muda kembali ke Istana. Menemui Ibunya yang lama beliau tinggalkan.
Akan tetapi ketika dia berada di Istana, dia selalu teringat akan nasihat Nabi agar supaya dia menunaikan Haji dan mencari guru yang mulia, dia pun kemudian berkelana kembali, sampai pada suatu hari dia bertemu dengan 10 orang Yahudi.
KIsah ini dapat Anda temui dalam Naskah Mertasinga Pupuh V.13 s/d V.22.
(***)