ARUNG PALAKKA MEMBEBASKAN TULANG DARI PENJAJAHAN GOWA MAKASAR



Setelah 3 tahun membantu VOC, tibalah saatnya bagi Arung Palakka untuk menuntaskan balas dendam sekaligus merebut kembali wilayah Bone yang berada dijajah Gowa. 


Pada tanggal 24 November 1666 armada besar bertolak dari pesisir utara Batavia menuju Sulawesi, terdiri dari 21 kapal perang yang mengangkut 1.000 prajurit dan persenjataan canggih dizamannya. 


 Arung Palakka sendiri menjadi Panglima dari 400 orang bugis yang begitu tinggi semangatnya demi balas Dendam dan memerdekakan negerinya dari penjajahan Gowa. 


Mereka juga semakin percaya diri berkat bantuan VOC yang menyumbangkan 600 orang tentaranya dari Eropa yang paling terlatih. Mereka berangkat dengan satu tujuan: mengalahkan Gowa yang saat itu dipimpin Sultan Hasanuddin.


Dan terjadilah pertempuran legendaris itu. Arung Palakka begitu tangguh dimedan juang. Bahkan tentara Gowa asal Bugis begitu berdebar-debar jantungnya mendengar nama Arung Palakka, mereka kemudian banyak yang membelot mebala Arung Palakka. 


Gowa pada akhirnya menyerah, dan tanggal 18 November 1667 Sultan Hasanuddin berhasil menandatangani Perjanjian Bongaya yang menandai kemenangan VOC dan Arung Palakka walaupun selama beberapa tahun berikutnya serpihan pasukan Gowa masih melakukan perlawanan.


Pada tahun 1672 Arung Palakka dinobatkan sebagai Sultan Bone. Impiannya menjadi kenyataan. Ia memang hanya menuntut haknya kembali sebagai pewaris takhta Bone, sekaligus memerdekakan Bone dari penguasaan Gowa dan membalas dendamnya. 


Oleh : Sejarah Cirebon


(***)