~{ NYANYIAN BURUNG PERKUTUT PENYELAMAT DESA }~

Di sebuah desa yang dikelilingi hutan lebat, penduduknya hidup damai sampai suatu hari wabah aneh melanda. Tumbuhan layu, hewan ternak mati, dan sungai yang menjadi sumber air desa tiba-tiba mengering. Para tetua desa kebingungan, sementara penduduk mulai kehilangan harapan.
Di tengah kekacauan itu, seorang pemuda bernama Jaka, yang dikenal biasa namun sederhana, memutuskan mencari cara untuk menyelamatkan desanya. Ia teringat legenda lama tentang seekor burung perkutut penjaga hutan yang konon bisa menyembuhkan alam. Dengan tekad bulat, Jaka memasuki hutan meski tidak ada yang tahu pasti keberadaan burung itu.
Hari berganti malam, dan setelah perjalanan panjang, Jaka mendengar kicauan lembut yang terasa berbeda. Ia mengikuti suara itu hingga tiba di sebuah pohon besar yang tampak bercahaya. Di sana, seekor burung bertengger dengan bulu putih keperakan bertengger di salah satu cabangnya.
“Wahai burung perkutut, aku mencari bantuan untuk desaku yang sedang bernafas,” kata Jaka dengan nada penuh harap. “Maukah kau membantuku?”
Burung itu menatap Jaka dengan mata yang berkilau. “Apa yang membuatmu yakin aku bisa tiba, pemuda?”
“Karena kicauanmu membawa harapan. Aku percaya kau adalah burung penjaga yang disebut dalam legenda,” jawab Jaka tanpa ragu.
Perkutut itu tersenyum. “Keyakinanmu adalah kekuatanmu. Aku akan menyukainya, tetapi kamu harus bersedia berkorban. Aku akan memberikan suaraku untuk menyembuhkan desamu, tetapi kau harus merawat pohon ini agar tetap hidup. Jika pohon ini mati, keseimbangan alam akan hancur.”
Jaka mengangguk setuju tanpa berpikir panjang. Burung itu mengepakkan sayapnya, terbang ke arah desa, dan mulai berkicau. Suara merdunya menggema di seluruh desa, membawa angin sejuk yang menghidupkan kembali tumbuhan, mengalirkan udara ke sungai, dan menyelamatkan hewan ternak. Penduduknya membongkar kegirangan, tetapi Jaka tahu pelapisnya belum selesai.
Setelah menyelesaikan misinya, burung perkutut kembali ke pohonnya. “Aku telah memberikan suaraku untuk desamu. Kini, rawatlah pohon ini dengan kasih sayang, karena di sanalah kehidupanku dihilangkan,” ujar burung itu sebelum membisu.
Sejak hari itu, Jaka dengan setia merawat pohon besar di tengah hutan. Penduduk desa pun ikut menjaga hutan, menyadari pentingnya keseimbangan alam. Meski perkutut itu tak lagi berkicau, ketenangannya menjadi pengingat bahwa pengorbanan dan kerja keras adalah jalan menuju keselamatan.
Dan setiap kali angin bertiup melalui dedaunan pohon itu, Jaka merasa seperti mendengar bisikan lembut sang perkutut, seolah mengatakan bahwa ia selalu menjaga mereka dari jarak jauh.
#
?Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan belaka ????
(***)