SEJARAH DESA BODE, CIREBON



Sejarah desa Bode dalam bahasan ini Merujuk pada sejarah dua desa sekaligus, yaitu desa Bode Sari dan Bode Lor. Sebelum terpecah dua menjadi desa pada tahun 1905, keduanya awalnya hanya satu desa, yaitu hanya desa Bode saja.


Sejarah desa Bode menurut legenda masyarakat setempat berkaitan dengan hijrahnya dua pasangan suami istri yang bernama Pangeran Wirasaba dan Nyi Mas Naindra Lamaran Sari. Keduanya merupakan kerabat Keraton Cirebon yang hidup pada masa pemerintahan Panembahan Ratu (1568-1649).


Panembahan Ratu atau Pangeran Agung, merupakan raja Cirebon kedua pengganti Sunan Gunung Jati, beliau merupakan anak dari pasangan Pangeran Swarga (Pang Dipati Carbon I/Pang Sedang Kemuning) dan Ratu Wanawati Raras.


Pada tahun 1574 Panembahan Ratu mengumpulkan anak-anak keturunan Pangeran Pasarean, khususnya yang masih tinggal di Cirebon, diantara yang datang adalah anak keturunannya Panembahan Losari dan anak keturunannya Pangeran Swarga. Diantara anak keturunan Panembahan Losari yang datang adalah Pangeran Wirasaba sementara dari keturunannya Pangeran Swarga adalah Nyi Mas Niandra Lamaran Sari.


Panembahan Ratu menginginkan agar anak keturunan Pangeran Pasarean (Anak Sunan Gunung Jati dari Rara Tepasan/Putri Majapahit) mempunyai hubungan yang kuat dan tidak terputus, oleh karena itu Panembahan Ratu menjodohkan Pangeran Wirasaba dan Nyi Mas Naindra Lamaran Sari.


Tidak hanya sekedar menjodohkan, Panembahan Ratu juga menghadiahkan keduanya sebuah hutan di wilayah Plumbon yang kala itu disebut “Wanajaya”. Selain dihadiahi hutan, keduanya juga dihadiahi kerbau besar dengan harapan kerbau tersebut dapat berguna untuk membajak tanah atau dinamnfaatkan tenaganya untuk keperluan lain.


Berlalunya waktu, selepas Pangeran Wirasaba dan Nyi Mas Naindra Lamaran Sari menikah, keduanya hijrah ke hutan Wanajaya untuk membuat perkampungan, tentu saja kepergian keduanya diikuti oleh para pembantu dan juga membawa serta kerbau besar yang dihadiahkan Raja Cirebon kepada keduanya.


Lambat laun, perkampungan yang dibuat Pangeran Wirasaba dan Nyi Mas Naindra menjadi ramai, penduduk setempat dan penduduk sekitar wilayah Plumbon mengumpulkan perkampungan tersebut dengan kampung/dukuh “Bode”. Dinamakan demikian karena di kampung tersebut ada kerbau besar atau yang dalam bahasa Cirebon disebut “Kebo Gede” kata “Bode” merupakan kependekan dari kata “Kebo Gede”.


Setelah beratus-ratus tahun berdiri, Desa Bode berkembang menjadi perkampungan yang padat, wilayah yang tadinya masih hutan telah menjadi wilayah pertanian. Pada tahun 1905, pemerintah kolonial Hindia Belanda memandang Bode tidak lagi mampu mengurus rakyat yang padat dan wilayah yang luas, oleh karena itu Pemerintah Kolonial memekarkan Bode menjadi dua desa. Desa Induk disebut Bode Sari, sementara desa baru yang dibuat disebut Desa Bode Lor.


(***)