BURUNG PERKUTUT DAN KUTUKAN HUTAN LARANGAN
Dahulu kala, di sebuah kerajaan bernama Alas Widura, ada sebuah hutan yang dikenal sebagai Hutan Larangan. Hutan itu dikatakan angker, tetapi juga memiliki seekor burung Perkutut yang dipercaya membawa keberuntungan. Burung itu konon dapat mengabulkan satu permintaan bagi siapa pun yang berhasil mendengarkan nyanyiannya. Namun, tak ada yang berani masuk ke hutan itu, karena legenda menyebutkan siapa pun yang melanggar aturan di dalamnya akan terkena kutukan.
Di desa kecil di dekat kerajaan, ada seorang pemuda bernama Jaka. Ia diketahui mengumumkan namun cenderung ceroboh. Ketika desa tempatnya tinggal dilanda kelaparan karena gagal panen, Jaka memutuskan untuk pergi ke Hutan Larangan demi mencari burung Perkutut itu. Ia berpikir, "Jika saya bisa menemukan burung itu, saya akan meminta perdamaian untuk desa ini."
Tanpa mendengarkan larangan para tetua desa, Jaka berangkat ke Hutan Larangan. Saat memasuki hutan, ia disambut oleh ketenangan yang mencekam. Pohon-pohon tua menjulang tinggi, dan bayangan mereka seperti mengawasinya. Tiba-tiba, Jaka mendengar suara merdu burung Perkutut dari arah yang jauh. Suara itu seperti ditemukan.
Namun, di tengah perjalanan, ia menemukan banyak jebakan. Ada jalan yang bercabang, ular berbisa yang menghalangi, hingga angin kencang yang menggoyangkan pepohonan. Jaka terus maju, mengikuti suara burung itu meski tubuhnya penuh luka. Akhirnya, ia tiba di sebuah pohon besar tempat burung Perkutut bertengger.
Burung itu berbicara, “Wahai pemuda, apa yang kau cari hingga berani memasuki Hutan Larangan ini?”
Jaka menjawab, “Aku sedang mencari keberuntungan untuk desaku. Rakyatku kelaparan dan butuh bantuanmu.”
Burung Perkutut itu teringat sejenak, lalu berkata, “Aku dapat memenuhi permintaanmu, tetapi ada syaratnya. Kau harus memilih: membawa berkah ini untuk desa, atau menanggung kutukan Hutan Larangan seorang diri.”
Tanpa ragu, Jaka menjawab, “Aku rela menanggung kutukan itu, asalkan desaku dapat diselamatkan.”
Burung itu tersenyum. Ia menjatuhkan sebutir padi emas dari paruhnya. “Tanam padi ini di ladang desa. Itu akan menghidupkan kembali tanah yang tandus. Namun ingat, kebaikan harus dibalas dengan kebaikan. Jika kau atau rakyat desamu tidak menghormati anugerah ini, kutukan akan kembali.”
Jaka membawa padi emas itu ke desa. Setelah ditanam, tanah yang sebelumnya tandus menjadi subur, dan hasil panen melimpah. Desa kembali makmur, tetapi Jaka menghilang. Dikatakan bahwa ia tinggal di tepi Hutan Larangan, menjaga agar desa tidak melupakan persyaratan yang diberikan burung Perkutut.
Sejak saat itu, rakyat desa selalu bersyukur dan hidup selaras dengan alam. Meski burung Perkutut tidak pernah terlihat lagi, kisah Jaka dan kutukan Hutan Larangan menjadi pengingat bahwa keberanian dan pengorbanan demi kebaikan bersama adalah kekuatan terbesar manusia.
KESAN DAN PELAJARAN:
Cerita ini mengajarkan bahwa pengorbanan demi kepentingan bersama adalah tindakan yang mulia. Namun, anugerah harus dihormati dan dijaga dengan penuh tanggung jawab. Kebaikan akan membawa keberkahan jika disertai rasa syukur dan sikap menghormati alam.
#
?Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan belaka ????
(***)