Bapak KRMT Wongsonegoro

"


Masyarakat dewasa Semarang ini akrab dengan nama Rumah Sakit Umum Daerah KRMT Wongsonegoro di Ketileng. Namun sejatinya tokoh ini sudah sejak lama berkiprah di Semarang sejak masa perjuangan dulu. 


Kangjeng Raden Mas Tumenggung Wongsonegoro lahir di Solo pada tanggal 20 April 1897. Ia putra seorang abdi dalem masa Sri Sunan Paku Buwono X. Ayahnya adalah R Ng Gitodiprojo dengan ibunda RA Soenartinah. Dari garis ibunda, disebutkan masih keturunan Sri Mangkunegoro II.


Masa kecilnya banyak berada dalam lingkungan adat budaya yang kuat. Nama kecilnya adalah RM Soenardi. Ia mengenyam Europesche Lagere School dan MULO. Lalu atas tugas sekolah Kraton Surakarta di Rechts School di Batavia hingga meraih gelar Meester di Rechten. Ia pada masa-masa itu juga aktif dalam Budi Oetomo..


Tahun 1942 menjadi Bupati Sragen. Ia mendirikan organisasi seni Mardi Budaya. Bukan saja menampung peminat seni namun juga pecinta olah raga pencak silat. Dan adalah beliau yang kelak ikut membidani terbentuknya IPSI pada tahun 1948.


Namun pada masa pendudukan Jepang, Mr KRMT Wongsonegoro berperan penting di Semarang sebagai Fuku Syuutjookan atau Wakil Residen Semarang. Ketika itu ia membacakan pengumuman Kemerdekaan Indonesia dan membaca naskah Proklamasi untuk kali pertama di Semarang. Ia juga yang kemudian ikut menghentikan pertempuran dengan Jepang. Pertempuran Lima Hari di Semarang juga tidak berlangsung lama karena ada peran Mr Wongsonegoro.


Ketika di Semarang itu tanpa banyak diketahui orang, bahkan belum disebutkan pada buku-buku sejarah, ia pernah memimpin surat kabar Sinar Baroe, yang terbit di Semarang. Bahkan setelah Indonesia merdeka juga memimpin Warta Indonesia. 

Koran Sinar Baroe ini pula yang memuat maklumat proklamasi. Ini saya ketahui dari kliping dan tulisan tentang H Hetami yang kemudian memimpin Suara Merdeka tempat saya bergabung mulai tahun 1981. 


Lalu pada beberapa bulan kemudian ia menjabat Gubernur Jawa Tengah. 

Masa-masa berikutnya ia banyak sibuk di Jakarta dalam pemerintahan pusat. Menjadi Menteri Kehakiman masa PM Natsir hingga tahun 1950.

Pada tahun 1953-1955 ia adalah Wakil Perdana Menteri dalam kabinet Ali Sastroamidjojo. Sebelumnya menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Ia juga bergabung dengan BPUPKI mewakili Surakarta.


Ia meninggal pada tanggal 4 Maret 1978 dan dimakamkan di Sukoharjo. 


Pada tanggal 17 Januari 2017 nama beliau diabadikan di RSUD Ketileng.