Raden Jaka Prabangkara

Lahir : ?
Putra Raja Brawijaya yang pandai melukis.
Orang Tua : ? Bhre Kertabhumi/ Wijaya Parakramawardhana / Raden Alit (Brawijaya V), ? Wandan Kuning.
Saudara : ? Raden Jaka Buras / Raden Palingsingan, ? Raden Jaka Tangkeban / Raden Anengwulan (Wanengwulan), ? Raden Jaka Salembar ? (Raden Jaka Panangkilan), ? Raden Jaka Jinggring/Norowito, ? Raden Jaka Kaburu/Raden Pasingsingan, ? Raden Jaka Lambang Kyai Wanapala (Raden Jaka Lambung/Raden Astracapa), ? Raden Jaka Golok/Ki Ageng Jatinom Klaten (Raden Jaka Delog), ? Raden Jaka Doblang/Raden Yudasara (Raden Jaka Deplang), ? Raden Jaka Lumuru ? (Raden Katawangan), ? Raden Jaka Krendo / Raden Harya Panular (Raden Jaka Krendha), ? Raden Jaka Karawu / Raden Macanpuro (Raden Jaka Karadu), ? Raden Jaka Tarikbolong, ? Raden Jaka Budu / Raden Tawangbalun (Raden Tawangalun), ? Raden Jaka Lengis / Raden Jejeran (Raden Jajatan), ? Raden Jaka Bindho / Raden Baratketigo (Raden Jaka Balado/Raden Barat Ketigo), ? Raden Guntur, ? Raden Jaka Jatang / Singapadu, ? Raden Jaka Sinorang / Sulangjiwa, ? Raden Jaka Malot / Raden Panjangjiwo (Raden Jaka Malad), ? Raden Jaka Wayah / Syeh Bubukjanur (Raden Jaka Wajar), ? Raden Jaka Besur / Raden Saragading (Raden Jaka Badu/Raden Suragading), ? Raden Jaka Sumeno / Raden Kenitan (Raden Jaka Suseno/Raden Kaniten), ? Raden Jaka Wirun / Raden Sarasidho (Raden Larasido), ? Raden Jaka Dalun / Raden Gagak Pranolo (Raden Jaka Dalem),
? Raden Jaka Gatot / Raden Balaruci (Raden Balacuri), ? Raden Jaka Raras / Raden Notosanto (Raden Lokananta), ? Raden Jaka Sawunggaling / Raden Jaka Nara, ? Raden Jaka Panekti / Raden Lawangsari (Raden Jaka Tawangsari), ? Raden Jaka Paniti / Raden Panurta, ? Raden Jaka Ketul / Raden Lembaksiu (Adipati Bali),? Raden Jaka Suwarno / Raden Jaka Tanengkung (Raden Taningkingkung), ? Raden Jaka Gapyuk / Kiyai Ageng Palesung, ? Raden Jaka Bodho / Kyai Ageng Majastra (Ki Ageng Majasto), ? Raden Jaka Pandak / Syeh Kaliatu (Raden Jaka Wadag), ? Raden Jaka Sengara / Raden Pangayat (Ki Ageng Pring), ? Raden Jaka Supeno / Kiyai Ageng Tembayat, ? Raden Jaka Suwanda / Raden Jaka Lelana , ? Raden Jaka Turas / Raden Hadangkoro, ? Raden Jaka Pangawe / Raden Singunkara, ? Raden Jaka Blabur / Saputarup, ? Raden Jaka Barong, ? Putri Kanistren / Raden Retno Kanitren, ? Putri Ratna Satamin, ? Putri Ratna Sataman, ? Putri Kaniraras / Putri Kanilaras, ? Dewi Ambar, ? Raden Jaka Dandun / Syeh Belalabelu, ? Raden Hario Wangsa / Kyai Ageng Pilang, ? Raden Hario Surongsong, ? Putri Ratna Marlangen, ? Raden Gajah Pramana, ? Hario Dewa Ketul, ? Dewi Manik, ? Raden Jaka Krewet, ? Raden Jaka Kretek, ? Ratu Ayu, ? Putri Ratna Bintara, ? Raden Surenggana, ? Raden Jaka Dander/Nawangsaka (Raden Jaka Sander), ? Raden Jaka Balot/Kidangsana, ? Raden Jaka Semprung / Kiyahi Ageng Brandet, ? Putri Dewi Rantang, ? Raden Jaka Lancing / Banyakpatra / Harya Surengbala / Panembahan Madiretna, ? Raden Kunijang / Hario Tepos, ? Raden Jaka Lemboso / Hario Pacetlondo, ? Putri Dewi Paniwet, ? Raden Jaka Lawu, ? Raden Jaka Lirih, ? Raden Jaka Lanang / Banyak Bakung, ? Raden Jaka Tarwa / Banyakwulan, ? Putri Dewi Sampur, ? Raden Jaka Paturih / Pacangkringan, ? Raden Jaka Barak / Carang Gana, ? Raden Jaka Laweh / Duruan, ? Raden Jaka Jaduk / Malang Sumirang, ? Dewi Soekati, ? Raden Jaka Suwung, ? Raden Jaka Balut / Megatsari.
Wafat : ?
Makam : Candi Dukuh, Semarang, Jawa Tengah.
Keterangan :
Lahirnya Jaka Prabangkara
Disebutkan dalam Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya berjudul Jejak Raden Jaka Prabangkara pada Kerajaan Majapahit Abad ke-15 dalam Babad Jaka Tingkir oleh Tatit Lestari dkk dari UIN Sunan Ampel, Jaka Prabangka adalah anak dari Prabu Brawijaya V dengan Wara Gupita.
Wara Gupita merupakan seorang rakyat biasa, putri dari Pak Mantri Jagal. Hubungan keduanya terjadi saat Prabu Brawijaya V menyamar sebagai rakyat biasa sebagai Pak Sumitra blusukan ke Hutan Wonosimo dengan dua ajudannya, yaitu Semut dan Gatel.
Saat itu, Pak Sumitra, atau Prabu Brawijaya V, dan dua ajudannya beristirahat di rumah Pak Mantri Jagal selama tiga hari dan merasakan pendengaran asmara dengan Wara Gupita.
Wara Gupita akhirnya melahirkan Jaka Prabangkara pada usia kandungan sembilan bulan sepuluh hari. Awalnya Jaka Prabangkara diberi nama Arya Prabangkara atau Jaka Sungging sesuai dengan pesan Prabu Brawijaya V.
Sosok yang Cerdas dan Ahli Melukis
Jaka Prabangkara tumbuh menjadi pemuda tampan yang cerdas dan dikenal sebagai laki-laki yang berbakatai baik. Ia mampu menguasai berbagai disiplin ilmu, terutama dalam seni lukis dan ahli pahat yang handal.
Karya-karya lukisannya dikatakan sempurna karena sangat mirip dengan wujud aslinya. Apabila ia melukis wajah seseorang, orang tersebut seperti bercermin dalam lukisan itu. Lukisan Jaka Prabangkara banyak dibeli dan dikoleksi oleh para saudagar, bangsawan, bahkan orang-orang golongan kerajaan. Tidak terkecuali Prabu Brawijaya V yang terpesona melihat lukisan Jaka Prabangkara. Brawijaya V pun mengutus seorang pejabat istana untuk mengundang Jaka Prabangkara datang ke istana dan diperintahkan melukis banyak hal. Seperti wajah dan rupa seseorang, panorama hutan dan seluruh penghuni hutan, hingga samudra beserta isinya.
Menjadi Lurah di Sungging, Jepara
Aturan dalam Kerajaan Majapahit terkait ahli waris takhta hanya diberikan kepada putra-putri raja yang lahir dari permaisuri. Jaka Prabangkara yang lahir dari seorang selir akhirnya tidak diakui sebagai anak dari sang raja sehingga tidak termasuk dalam ahli waris tahta.
Namun Jaka Prabangkara tetap mewarisi darah kerajaan dan sifat-sifat putra raja yang cerdas dan berbudi pekerti luhur dan cucuai baik. Ia pada akhirnya diberikan kekuasaan menjadi Lurah di Sungging, suatu daerah di Jepara, Jawa Tengah, atas kepiawaiannya dan pengabdiannya kepada Prabu Brawijaya V.
Terbang ke Angkasa dan Diasingkan ke China
Atas keahliannya dalam melukis, Jaka Prabangkara diminta untuk melukis Ratu Mas Andrawati, permaisuri Prabu Brawijaya V yang berasal dari Kerajaan Campa. Hasil lukisan tersebut sangat indah dan mirip dengan wujud asli Ratu Mas Andrawati yang membuat sang raja terkagum-kagum. Namun, raja merasa janggal dalam lukisan tersebut yang terdapat noda hitam di beberapa bagian tubuh Ratu Mas Andrawati yang sangat mirip dengan tahi lalat yang pernah raja lihat. Sempat disanggah oleh Jaka Prabangkara bahwa noda tersebut adalah cipratan tinta lukis yang digunakannya, tetapi sang raja terlanjur cemburu karena ia mengira Jaka Prabangkara telah memperhatikan tubuh istrinya.
Prabu Brawijaya V awalnya ingin membunuh Jaka Prabangakara, namun atas nasehat Maha Patih Gadjah Mada akhirnya memutuskan untuk melenyapkan Jaka Prabangkara dari Kerajaan Majapahit. Jaka Prabangkara akhirnya diusir dengan dalih diperintahkan oleh sang raja melukiskan benda-benda di angkasa dengan bermodalkan layang-layang besar dan bekal yang disiapkan dari kerajaan. Jaka Prabangkara menaati perintah tersebut dan berangkat ke angkasa dengan membawa sepucuk surat dari Prabu Brawijaya V. Setelah beberapa hari menyelesaikannya di angkasa, Jaka Prabangkara membuka surat tersebut dan mengejutkanlah ia bahwa isi surat itu adalah pengusiran Jaka Prabangkara untuk hidup di Tiongkok. Jaka Prabangkara sakit hati dan berdoa untuk diberi pertolongan ke daratan China.
Menikah dengan Putri Raja Ong Te
Sesampainya di daratan Tiongkok, Jaka Prabangkara bertemu dengan Kim Liong dan Keng Mu Wah. Jaka Prabangkara akhirnya hidup bersama mereka dan membuka usaha melukis dengan modal cincin emasnya. Usaha tersebut menjadi besar dan menjadikan nama Jaka Prabangkara menjadi tersohor di China.
Sampai suatu hari seorang Raja Tiongkok, Ong Te, mengundang Jaka Prabangkara ke istana untuk ditanyai perihal asal-usulnya. Jaka Prabangkara menceritakan sejujurnya siapa dirinya dan apa yang terjadi pada dirinya sehingga membuat Raja Ong Te merasa iba dan mengadopsinya menjadi anak yang diturunkan dengan putrinya sendiri.
(***)