Kisah Mbah Boncolono, Orang Sakti di Kediri, Kepala dan Jasad Dimakamkan Terpisah

Mbah Boncolono menjadi salah satu tokoh legendadi Kediri, Jawa Timur. Ia memiliki kesaktian dan ilmunya yang dipergunakan untuk membantu kaum lemah pada masa penjajahan Belanda dulu.
Mbah Boncolono selalu mendermakan hartanya yang didapat dari kolonial Belanda untuk diberikan kepada rakyat miskin. Karena sepak terjangnya itulah, masyarakat menyebutnya dengan nama panggilan Maling Gentiri.
Bagi warga lokal Kediri dia adalah pahlawan, dari cerita turun-temurun masyarakat yang meyakini kebenarannya pada masa penjajahan Belanda dulu, Mbah Boncolono dikisahkan sebagai orang yang memiliki ilmu Pancasona. Pemilik ilmu Pancasona dikatakan tidak akan bisa mati kecuali dipenggal kepalanya, dipisahkan dari tubuhnya dan tidak menyentuh tanah.
Di jaman penjajahan Belanda. Masyarakat Kediri hidup dalam kemiskinan dan ketertindasan. Perkonomian dikuasai oleh Belanda dan diperlakukan pajak yang tidak masuk akal. Hasil buminya selalu dirampas jika tidak mau membayar pajak. Untuk makan saja mereka harus membeli ke Belanda. Padahal itu hasil jerih payah mereka sendiri.
Hal ini menggugah hati Ki Boncolono. Dia marah melihat kelakuan para meneer, ketidakadilan telah mengusik hati Ki Boncolono. Dengan kesaktiannya dibantu oleh Tumenggung Mojoroto dan Tumenggung Poncolono beserta murid-muridnya yang tentu saja sakti-sakti, dia harta karun para pejabat Belanda. Hasilnya dia bagikan kepada rakyat jelata.
Belanda merasa geram dan marah. Segala upaya mereka kerahkan untuk meringkus Boncolono. Tetapi usahanya selalu gagal. Setiap terkepung, Boncolono hanya mendekatkan dirinya pada salah satu tiang atau dinding atau pohon dan hilanglah dia. Biarpun ditembak, dibunuh juga Ki Boncolono tidak bisa mati, dia bisa hidup lagi ketika tubuhnya menyentuh tanah.
Belanda Jengkel dan menggunakan kekuatan "uangnya" untuk meringkus Boncolono. Belanda mengadakan sayembara dengan hadiah yang sangat besar untuk menangkap atau membunuh Ki Boncolono.
Beberapa orang yang mengetahui kelemahan ilmu Boncolono mendatang Belanda. Mereka memberi tahu pada para meneer bahwa kalau Boncolono harus dipenggal, kepala dan tubuhnya harus terpisah dan dikuburkan pada tempat yang terpisahkan.
Akhirnya setelah membuat rencana dengan bantuan pendekar pribumi, Belanda melaksanakannya dengan cermat. Mbah Boncolono pun ditangkap belanda dengan bantuan pendekar Pribumi.
Tidak jelas pada periode tahun berapa Mbah Boncolono terbunuh di tangan Belanda. Dalam cerita rakyat, Mbah Boncolono terbunuh dengan kepala terpenggal. Selanjutnya tubuh dan kepalanya pun dikuburkan secara terpisah.
Bagian kepala dimakamkan di lingkungan Ringin Sirah, lokasinya yang sekarang terletak di pusat kota, di belakang gedung pusat perbelanjaan. Persisnya di perempatan jalan, antara Jalan Hayam Wuruk - Jalan Joyo Boyo Kota Kediri.
Pengambilan nama Ringin Sirah karena lokasinya terdapat pohon ringin yang berdiri kokoh begitu besar, serta istilah sirah dalam bahasa Jawa artinya kepala. Konon yakin cerita turun temurun kepala Mbah Boncolono dikubur di sana.
Sementara untuk jasad tubuhnya disemayamkan di dataran tinggi, tepatnya di atas bukit (Gunung Mas Kumambang). Lokasinya masuk ke dalam kawasan wisata Selomngkleng.
Konon kisahnya untuk mengalahkan kesaktian Mbah Boncolono, tubuhnya harus dipisahkan. jika tidak, itu dipercaya akan hidup kembali. Meski begitu, Mbah Boncolono dianggap gugur sebagai kesatria dalam membela rakyat kecil, khususnya di Kediri.
(***)