Sejarah Gelap Kerajaan Sungai Pagu : Dari Kejayaan hingga Perang Berdarah



Kisah Kerajaan Sungai Pagu: Negeri di Antara Dua Dunia


Di lembah yang dikelilingi pegunungan Bukit Barisan, mengalir sebuah sungai yang deras dan jernih. Sungai itu menjadi nadi kehidupan masyarakat setempat, dan di tepinya berdiri sebuah kerajaan tua yang dikenal sebagai Kerajaan Sungai Pagu.


Konon, kerajaan ini merupakan salah satu pecahan dari Kerajaan Pagaruyung, kerajaan besar yang mewarisi kejayaan Minangkabau. Setelah perpecahan politik dan perebutan kekuasaan, beberapa raja memilih untuk membangun pusat baru. Di dasar Sungai Pagu menemukan takdirnya.


Rajo Tigo Selo menjadi simbol kekuasaan di Sungai Pagu—tiga raja yang membagi peran dalam menjaga keharmonisan negeri. Ada Rajo Tigo Lareh, Rajo Nan Tigo Selo, dan Rajo Basa. Mereka bukan hanya pemimpin politik, tetapi juga pemegang adat dan hukum yang mengikat rakyatnya.


Kerajaan Sungai Pagu dikenal dengan adat yang kuat, berpadu dengan Islam yang mulai menyebar di Minangkabau. Setiap keputusan penting diambil melalui musyawarah, menjadikan kerajaan ini bukan sekadar pusat kekuasaan, tetapi juga benteng budaya.


Namun, sejarah tak selalu damai. Sungai Pagu pernah terhantam ombak besar saat Perang Padri. Pertentangan antara kaum adat dan kaum agama mengguncang tatanan kerajaan. Banyak darah tertumpah, dan Sungai Pagu pun menjadi Saksi bisu dari pergolakan batin masyarakatnya.


Meski begitu, adat Sungai Pagu tetap bertahan. Hingga kini, jejak kerajaan itu masih terasa lewat pepatah, rumah gadang, dan kisah lisan yang diwariskan turun-temurun.


“Sungai Pagu adalah cermin Minangkabau: airnya jernih, adatnya teguh, dan sejarahnya mengalir tanpa henti.”


(***)