Menanamkan Pendidikan Karakter Melalui Program Makanan Bergizi Gratis: Syukur dan Sabar sebagai Pondasi Akhlak Bangsa
                                            Penulis : Haryanto, S.Pd.I, M.Pd
(Guru Pondok Pesantren Imam Syafi'i Kota Bima)
Pemerintah Republik Indonesia telah menggulirkan berbagai program strategi demi meningkatkan kualitas hidup generasi bangsa. Salah satu program unggulannya adalah penyediaan makanan bergizi gratis untuk anak-anak usia sekolah. Program ini memiliki tujuan mulia, yakni mencegah stunting serta memastikan tumbuh kembang anak-anak Indonesia berlangsung optimal, baik secara fisik, mental, maupun intelektual. Namun, dalam pelaksanaan di lapangan, tidak dapat diketahui bahwa program ini menghadapi berbagai tantangan. Mulai dari kendala teknis, logistik, hingga preferensi selera yang berbeda-beda di antara anak-anak. Ada kasus makanan yang tidak dihabiskan, menu yang dianggap membosankan, atau bahkan kejadian yang tidak diharapkan seperti keracunan karena kelalaian dalam distribusi atau penyajian.
Meski demikian, sebagai orang tua, pendidik, maupun bagian dari masyarakat yang peduli terhadap masa depan bangsa, kita dituntut untuk tidak semata-mata fokus pada kendala, melainkan melihat peluang besar dalam karakter pendidikan yang bisa ditanamkan melalui program ini, adalah :
1. Mengajarkan Anak-Anak untuk Bersyukur
Langkah pertama dan utama dalam pendidikan karakter adalah menumbuhkan rasa syukur di dalam diri anak-anak kita. Melalui program makanan bergizi gratis ini, anak-anak perlu diajak untuk menyadari bahwa tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama dalam hal akses terhadap makanan sehat dan bergizi. Mereka perlu diajak untuk melihat bahwa makanan yang hadir di depan mereka, meski tidak selalu sesuai dengan selera, adalah bagian dari nikmat yang Allah titipkan. Nikmat yang juga merupakan bentuk ikhtiar dan kepedulian pemerintah terhadap masa depan mereka.
Mengajarkan anak bersyukur tidak hanya membentuk pribadi yang rendah hati, tetapi juga mencegah tumbuhnya sikap konsumtif dan selalu menuntut. Dengan bersyukur, anak-anak akan belajar untuk menghargai apa yang ada, bukan meratapi apa yang tidak ada.
2. Menumbuhkan Sikap Sabar dan Toleransi
Karakter penting berikutnya adalah kesabaran. Anak-anak perlu dibiasakan untuk bersabar ketika menghadapi kenyataan bahwa menu yang tersedia tidak selalu sesuai dengan keinginan mereka. Kesabaran ini bukanlah bentuk pasrah yang pasif, melainkan kesiapan mental untuk menerima kenyataan dengan lapang dada, serta kemampuan untuk menjamin tercapainya tujuan yang lebih besar. Sikap ini sangat penting dalam membentuk daya tahan mental (resilience) anak-anak sejak dini, yang kelak akan sangat dibutuhkan ketika mereka menghadapi tantangan hidup yang lebih kompleks di masa depan.
3. Mengenang Kesederhanaan dan Menghargai Perjuangan
Kita yang tumbuh di masa lalu tentu mengenal masa-masa sulit, di mana makanan, kadang nasi dengan garam, ikan asin, atau sayur seadanya. Tidak banyak pilihan, namun dari kesederhanaan itulah kita belajar mandiri, kuat, dan bersyukur. Cerita-cerita ini perlu diwariskan kepada anak-anak kita, agar mereka menyadari bahwa makanan bergizi yang kini tersedia secara gratis bukanlah sesuatu yang bisa dianggap remeh. Di dalamnya ada perjuangan, ada anggaran negara, ada tangan-tangan yang bekerja keras mulai dari petani, juru masak, hingga para pengantar.
4. Berterima Kasih kepada Pemerintah sebagai Wujud Adab Berbangsa
Salah satu nilai penting dalam karakter pendidikan adalah menghormati pemimpin dan berterima kasih atas kebijakan yang bermanfaat bagi rakyat. Tanpa perlu membandingkan atau mempermasalahkan detail yang belum sempurna, kita bisa mengajarkan anak-anak untuk mengapresiasi upaya pemerintah yang berusaha meringankan beban orang tua melalui penyediaan makanan sehat ini. Dengan menanamkan nilai-nilai ini, kita tidak hanya menghasilkan generasi yang cerdas, tetapi juga beradab dan beretika dalam berbangsa dan bernegara.
Program makanan bergizi gratis bukan semata-mata soal nutrisi dan angka kecukupan gizi. Di baliknya, tersimpan peluang emas untuk membentuk karakter anak bangsa yang bersyukur, sabar, tangguh, dan berakhlak mulia. Tugas kita sebagai pendidik dan orang tua bukan hanya menilai dari aspek lahiriah, tapi juga memaknai lebih dalam bahwa setiap program yang hadir bisa menjadi media pembelajaran karakter yang nyata. Mari kita isi program ini bukan hanya dengan pendistribusian makanan, tetapi juga dengan pendistribusian nilai-nilai kehidupan.
Wallahu a'lam.