“Penjaga Terakhir Al-Aqsa: Janji Seorang Prajurit Utsmani”


“Bayangkan… seorang lelaki tua, sendirian, menjaga masjid tersuci… selama lebih dari setengah abad.”


Namanya Koperal Hasan Igdirli — seorang prajurit Kesultanan Utsmaniyah, dan penjaga terakhir Masjid Al-Aqsa.

Ketika pasukan Utsmaniyah runtuh di bawah cengkaman tentara Inggris, dan seluruh bala tentaranya diperintahkan kembali ke Turki… Hasan menolak.


Ia tidak bisa.

Bagi dirinya, meninggalkan Al-Aqsa sama seperti meninggalkan amanah Rasulullah ?.


Dengan seragam lusuh dan senapan orang tuanya, ia tetap berjaga di sekitar masjid — siang dan malam, selama bertahun-tahun.

Setiap azan dikumandangkan, ia berdiri tegak.

Setiap jamaah datang, ia tersenyum menyambut.

Dan setiap kali ditanya kenapa masih bertahan di tanah yang telah ditinggalkan semua, ia hanya menjawab pelan:


> “Aku takut Rasulullah ? akan sedih jika tiada lagi yang menjaga masjid ini.”


Hari berganti tahun, tahun berganti dekade.

Kota suci itu berubah, kekuasaan berpindah tangan, generasi berganti…

Tapi satu hal tak berubah:

Sosok tua berseragam Utsmani itu tetap berjalan perlahan di halaman Al-Aqsa, seolah menjaga sesuatu yang lebih berharga dari hidupnya sendiri.


Pada tahun 1982, di usia 93 tahun, Koperal Hasan akhirnya menghembuskan napas terakhir.

Bukan di tanah kelahirannya, tapi di Al-Quds, tempat ia menunaikan janji suci — menjaga rumah Allah hingga akhir hayat.


Kini, makamnya sunyi… namun kisahnya tetap hidup.

Ia bukan hanya penjaga masjid,

tapi penjaga kehormatan umat.


Dan setiap kali kita mengamati kubah emas Al-Aqsa,

Obrolan… mungkin di sana dulu pernah berdiri satu jiwa teguh yang berbisik,

“Selama aku hidup, masjid ini tidak akan pernah berdiri sendiri.” (***)