Tentang Orang yang Tidak Peduli Bagaimana Cara Harta Itu Diperoleh

Siapa pun wajib sungguh-sungguh menjalankan kehidupannya dalam kerangka ketaatan kepada Allah Swt., dengan membersihkan dirinya dan rumahnya agar tidak tumbuh dan dibangun dari sumber harta yang haram. #SyarahHadis


--

Ma'al Hadits Asy-Syarif: Tentang Orang yang Tidak Peduli Bagaimana Cara Harta Itu Diperoleh


https://muslimahnews.net/2024/04/14/28789/

--


Muslimah News, SYARAH HADIS — Telah menceritakan kepada kami Adam, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dzi'b[in], telah menceritakan kepada kami Sa'id Al-Maqburiy, dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu, dari Nabi sallallahu 'alaihi wasallam bersabda ,


??????? ????? ???????? ??????? ??? ???????? ????????? ??? ?????? ?????? ????? ? ?????????? ???? ???? ??????????


“Akan datang suatu saat pada manusia yang ketika itu seseorang tidak peduli lagi tentang apa yang didapatnya, apakah dari barang halal ataukah haram.” (HR Bukhari).


Penjelasan

Perkataan “b?b man lam yub?li min haitsu kasb al-m?li (tentang orang yang tidak peduli bagaimana harta itu diperoleh)”, maka dalam hal ini merupakan isyarat tentang buruknya (tercelanya) tidak memilih cara yang terbaik dalam usaha mencari harta (penghidupan).


Sabda Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam, “ya'ti 'ala an-n?si zam?n[un], (akan datang suatu zaman pada manusia).” Dalam riwayat Ahmad, dari Yazid, dari Ibnu Abu Dzi'b[in], telah menceritakan kepada kami Sa'id Al-Maqburiy, dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu, dari Nabi sallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “laya'ti 'ala an -n?si zam?n[un] (sungguh akan datang suatu zaman pada manusia).”


Sementara itu, An-Nasai meriwayatkan dengan bentuk matan yang sedikit berbeda, “ya'ti 'ala an-n?si zam?n[un] ma yub?li al-rajulu min aina ash?ba al-m?la min hal?l[in] au har?m[in] (akan datang kepada manusia suatu saat di mana seseorang tidak peduli dari mana ia mendapatkan harta, dari yang halal atau yang haram). Riwayat An-Nasai ini melalui jalur sanad dari Muhammad bin Abdurrahman, dari Al-Maqburiy, dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu.


Ibnu At-Tin berkata, “Nabi sallallahu 'alaihi wasallam menceritakan melalui hadis ini sebagai peringatan agar tidak tertimpa fitnah harta. Pesan dalam hadis ini sebagian dari tanda-tanda kenabiannya, karena memberitakan hal yang belum ada pada zamannya. Sedangkan bentuk celaannya adalah dari sisi kesamaan kedua perkara, tetapi jika mengambil harta dengan cara yang halal, tidak tercela dari sisi cara mengambilnya. Wallahualam!”


Saudara tercinta, Allah Swt. menciptakan harta dan menguasakannya kepada manusia, sebagaimana Allah Swt. menjadikannya sebagai perhiasan hidup karena sebagian besar apa yang diinginkan oleh jiwa manusia hanya dapat dipuaskan (dipenuhi) dengan harta, tetapi pertanyaannya di sini adalah dari mana kita mendapatkan harta untuk memuaskan (memenuhi) setiap kebutuhan kita?


Allah SWT. telah membuat kumpulan hukum (aturan) bagi manusia untuk dijalankannya, hukum tersebut mencakup semua amal perbuatan manusia, termasuk perbuatan cara mendapatkan harta, dari mana harta yang didapat dan untuk apa ia dibelanjakannya sehingga siapa pun wajib sungguh-sungguh menjalankan kehidupannya dalam kerangka ketaatan kepada Allah Swt., dengan membersihkan dirinya dan rumahnya agar tidak tumbuh dan dibangun dari sumber harta yang haram. Untuk itu, kami tidak mengatakan bahwa kemiskinan dan biaya hidup yang tinggi sebagai pembenaran untuk menerima harta haram karena kami tidak mengikuti jalan orang-orang yang tidak bertakwa kepada Allah dan mereka yang berkata bahwa ini adalah apa yang sudah berlaku umum di masyarakat sehingga sulit untuk menghindar. darinya dan kondisi kita sama seperti orang lain! Tidak, demi Allah, kami tidak mengatakan hal seperti itu. Ingatlah bahwa perkara halal dan haram itu sudah sangat jelas, sejelas sinar matahari pada siang hari. Jadi, seluruh seorang muslim dihukum dengan hukum (aturan) Allah Swt. maka ia harus mencari sumber penghidupan yang terbaik, agar daging dan rumahnya tidak tumbuh dan dibangun dari harta haram. 



(***)