Raja Terhipnotis Ceramah Ulama
Menukil islami.co, tidak seperti biasanya, sore itu Baginda raja Harun Al Rasyid tiba-tiba ingin menyamar menjadi rakyat biasa. Beliau ingin menyaksikan kehidupan di luar istana tanpa sepengetahuan siapa pun.
Baginda mulai keluar istana dengan pakaian yang sangat sederhana layaknya seperti rakyat pada umunya.
Di sebuah perkampungan beliau melihat beberapa orang berkumpul. Setelah mendekat, ternyata seorang ulama sedang menyampaikan pengajian agama (tausyiah) tentang alam barzah.
Tiba-tiba ada seorang yang datang dan bergabung di situ kemudian bertanya kepada ulama itu. “Kami menyaksikan orang-orang kafir pada suatu waktu dan mengintip kuburnya, tetapi kami tidak mendengar mereka berteriak dan tidak pula melihat penyiksaan-penyiksaan yang katanya sedang dialaminya. Maka bagaimana cara membenarkan sesuatu yang tidak sesuai dengan yang dilihat mata?”
Sang Ulama lalu berpikir sejenak kemudian berkata, “untuk mengetahui hal itu harus dengan panca indra yang lain. Ingatkah kamu dengan orang yang sedang tidur? Dia kadang kala bermimpi dalam tidurnya bersantai ular, diganggu dan sebagainya. la juga merasa sakit dan takut ketika itu, bahkan memekik dan keringat bercucuran di keningnya. la merasakan hal semacam itu seperti ketika tidak tidur.”
“Sedangkan kamu yang duduk di tengah menyaksikan keadaannya seolah-olah tidak ada apa-apa. Padahal apa yang dilihat serta dialaminya adalah dikelilingi ular-ular. Maka jika masalah mimpi yang remeh saja sudah tidak mampu mata lahir melihatnya, mungkinkah Anda bisa melihat apa yang terjadi di alam barzah?” Demikian Ulama itu menjelaskan.
Baginda raja terkesan dengan penuturan sang ulama. Baginda masih mendengarkan ikut kuliah itu. Kini ulama itu melanjutkan tausiyah tentang alam akhirat. Dikatakan bahwa di surga tersedia hal-hal yang sangat disukai nafsu, termasuk benda-benda.
Salah satu benda-benda itu adalah mahkota yang sangat luar biasa indahnya. Tak ada yang lebih indah dari barang-barang di surga karena barang-barang itu tercipta dari cahaya. Saking indahnya maka satu mahkota jauh lebih bagus dari dunia dan isinya.
(***)