Sekda Kota Bima Hadiri Rapat, Bahas Stabilitas Harga Pangan Komoditi Jagung Dan Gabah Tahun 2025
Kota Bima, 26 Maret 2025.
Menindaklanjuti rapat Walikota, Wakil Walikota, dengan beberapa unsur terkait beberapa waktu lalu, Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bima, Drs. Mukhtar, MH, hari ini kembali mengadakan rapat koordinasi stabilitas harga pangan dan target penyerapan jagung serta gabah oleh Bulog untuk tahun 2025. Rapat yang berlangsung di ruang rapat terkait Sekda Kantor Wali Kota Bima ini, dihadiri oleh berbagai pihak, antara lain, Plt. Asisten II, Kadis Koperindag, Kadis Pertanian, Kadis Ketahanan Pangan, Kadis Perhubungan, Kabag Ekonomi, perwakilan Perum Bulog, dan juga perwakilan dari Polresta Bima.
Januari 2025, Pemerintah resmi menetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP), untuk jagung di tingkat petani sebesar Rp. 5.500 per kilogram, sementara gabah Rp. 6.500 per kilogram, melalui Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Nomor 18 Tahun 2025.
Penetapan HPP jagung ini menjadi landasan bagi Perum Bulog dalam rangkap menyerap hasil panen petani dalam negeri, dengan tujuan untuk memperkuat stok cadangan pangan Pemerintah.
Melalui rapat ini, H. Mukhtar merespons keputusan positif Pemerintah, dalam hal ini Bapanas, terkait dengan penetapan harga yang di ambil, serta berharap peran Perum Bulog dalam menjaga stabilitas harga komoditas pangan, terutama jagung dan gabah, yang menjadi sumber utama penghidupan bagi para petani di daerah ini (Kota Bima), Ia juga menyoroti upaya pemerintah dalam memastikan harga tetap menguntungkan bagi petani yang memberi konsumen.
“Penetapan harga ini bertujuan untuk melindungi petani, dari melindungi harga yang merugikan, serta memastikan harga kedua komoditi ini tetap kompetitif bagi industri. Dengan HPP sebesar Rp 5.500/kg, kami berharap keseimbangan antara produsen dan konsumen tetap terjaga”, ujarnya.
Sementara itu, perwakilan Bulog menjelaskan bahwa Kota Bima untuk tahun ini akan menampung komoditi khusus jagung sebanyak 50 ribu Ton, dengan tujuan menargetkan peningkatan penyerapan jagung pada tahun 2025 dengan skema harga yang lebih kompetitif.
Namun dengan banyaknya jagung yang dihasilkan tahun ini, permasalahan lain yang akan muncul adalah ketersediaan ketersediaan tempat atau gudang bagi Perum Bulog untuk menampungnya, sementara stok jagung sisa tahun kemarin (2024), masih tersisa sebanyak 13 ribu Ton, hal ini Perum Bulog berharap adanya perhatian dari Pemerintah, agar bisa memberikan solusi, pada permasalahan yang ada.
“Dengan banyaknya hasil panen jagung tahun ini, kami Perum Bulog khawatir tidak bisa membeli jagung dengan maksimal, karena terkendala terbatasnya gudang penyimpanan yang kami miliki, di tambah lagi dengan sisa stok tahun 2024 kemarin, yang masih tersisa 13 ribu Ton”, tuturnya.
Menanganggapi hal di atas, Sekretaris Daerah Kota Bima, mengatakan akan mencarikan solusinya, masalah sisa stok tahun kemarin sebanyak 13 ribu Ton, satu-satunya cara yang mungkin efektif untuk dilakukan, yakni dengan melakukan peletangan, karena kalau stok sisa tahun kemarin tidak habis, jika Perum Bulog kurang maksimal membeli hasil panen tahun sekarang.
Sementara Kadis Ketahanan Pangan Kota Bima, memberikan pendapat, atau pandangan agar Perum Bulog harus lebih progresif dalam hal pemasaran, yang jangkauannya lebih luas dengan mitra-mitra Bulog yang ada di luar pulau Sumbawa, harapnya.
Diskusi dalam rapat ini membahas berbagai permasalahan yang akan dihadapi baik pemerintah, Perum Bulog, maupun petani, terkait dengan hasil panen petani, baik jagung ataupun gabah yang sebentar lagi akan memasuki masa panen. Mulai dari penentuan harga jagung dan gabah, penyediaan alat ukur kadar air yang telah dikalibrasi, sampai ketersediaan tempat atau gudang, untuk menampung jagung ataupun gabah yang akan dibeli oleh Perum Bulog.
(***)