Hipotesis tentang Pattimura (Thomas Matulessy) atau Kapitan Pulau



Sejarah Maluku selalu menyimpan pertanyaan besar: siapa yang kita sebut pahlawan, dan siapa yang kita anggap pemberontak?


Thomas Matulessy atau yang kita kenal sebagai Pattimura, diangkat menjadi Pahlawan Nasional oleh Republik Indonesia. Ia digambarkan sebagai simbol keberanian rakyat Maluku melawan kolonial Belanda pada tahun 1817. Namun, dalam catatan kolonial Belanda, ia hanya ditulis sebagai pemberontak yang merusak stabilitas perdagangan rempah.


Dari sini lahirlah hipotesis pertama:

???? Label “pahlawan” atau “pemberontak” pada sosok Pattimura bergantung pada siapa yang menulis sejarah. Bagi rakyat, ia pejuang. Bagi kolonial, ia musuh.


Di sisi lain, Maluku juga mengenal Struktur Kapitan Pulau. Kapitan bukan sekadar panglima perang, melainkan representasi komunitas adat yang punya kewajiban melindungi rakyatnya. Namun, tidak semua kapitan mengambil jalan yang sama. Ada kapitan yang memilih melawan kolonial, ada pula yang bersekutu dengan mereka.


Maka lahirlah hipotesis kedua:

???? Kapitan bisa dipandang sebagai pahlawan jika berpihak pada rakyat, atau sebagai kolaborator jika tunduk pada kekuasaan kolonial.


Lebih jauh lagi, jika kita melihat perlawanan Pattimura dan para kapitan dari kacamata hari ini, tampak bahwa perjuangan mereka dihilangkan pada identitas lokal. Ia bukan gerakan nasional dalam pengertian Indonesia modern, tetapi gerakan rakyat Maluku yang kemudian diinterpretasi ulang sebagai bagian dari narasi kebangsaan.


Hipotesis ketiga pun bisa dirumuskan:

???? Pattimura dan para kapitan sesungguhnya adalah simbol lokal Maluku, yang kemudian dijadikan simbol Indonesia. Pemaknaan mereka tidak tunggal, tetapi selalu berada dalam tarik-menarik antara sejarah lokal dan nasional.


---


Kesimpulan


Sejarah Maluku mengajarkan ktng bahwa, pahlawan dan pemberontak hanyalah dua sisi dari koin yang sama. Semua tergantung siapa yang berhak mendefinisikan. Oleh karena itu, tugas generasi sekarang adalah membaca ulang sejarah Maluku dari sudut pandang loka/masyarakat negeri sendiri, bukan hanya dari kacamata kolonial atau narasi nasional.


#SejarahMaluku #KapitanPattimura