Kisah heroik Srikandi Makassar Emmy Saelan

?? Kisah heroik Srikandi Makassar Emmy Saelan dalam pertempuran melawan pasukan NICA Belanda. Emmy Saelan bersama para pejuang besar lain di Makassar: Robert Wolter Monginsidi, Ranggong Daeng Romo, Maulwi Saelan dan Kapten Usman Djafar.
Api Perlawanan di Sulawesi Selatan
Setelah proklamasi 1945, rakyat Sulawesi Selatan tidak tinggal diam menghadapi kembalinya Belanda melalui NICA. Mereka menyaksikan kekejaman Westerling dan tentaranya yang menebar teror, membantai rakyat tak berdosa. Dari lahirnya perlawanan gigih para pemuda dan laskar rakyat.
Di antara mereka berdiri seorang perempuan muda penuh keberanian: Emmy Saelan, srikandi Makassar yang memilih mengangkat senjata, bukan sekedar menjadi penonton. Dia tidak sendiri. Bersamanya ada tokoh-tokoh pemerintahan:
Robert Wolter Monginsidi, pemuda Minahasa cerdas yang menjadi komandan perlawanan gerilya.
Ranggong Daeng Romo, pemuda bangsawan Makassar yang menyerahkan hidupnya untuk rakyat.
Maulwi Saelan, sang adik Emmy Saelan yang kelak dikenal sebagai penjaga gawang legendaris tim nasional dan pengawal setia Bung Karno, ikut membantu pergerakan.
Kapten Usman Djafar, pemimpin lapangan yang membimbing pasukan rakyat melawan Belanda.
Pertempuran di Makassar
Di sekitar Bulurokeng, Makassar, pasukan rakyat dan NICA beberapa kali terlibat kontak senjata. Emmy Saelan tidak hanya bertugas sebagai perawat dan kurir, tapi juga pejuang garis depan. Ia berlatih menembak, mengatur strategi dan memberi semangat bagi para pemuda.
Wolter Monginsidi sering disebut sebagai “Srikandi Perlawanan Sulawesi”, karena keberanian Emmy melampaui rasa takut. Ranggong Daeng Romo pun menghargai tekad Emmy, yang meski seorang wanita, tidak pernah mundur dari garis api.
Hari-Hari Terakhir
Sore itu, 23 Januari 1947, dalam posisi terjepit, pasukan Wolter Monginsidi pun memilih mundur.
Emmy Saelan, yang telah terpisah dengan Monginsidi, memimpin sekitar 40 pasukan berperang dengan Belanda. Pertempuran terjadi dalam jarak yang sangat dekat. Seluruh anak buah Emmy gugur dalam pertempuran itu. Tinggal Emmy sendirian.
Pasukan Belanda mendekat dan memerintahkan Emmy menyerah. Namun, ia menolak dan terus melawan. Dan, karena senjata ditangannya tinggal granat, maka dilemparkanlah granat itu ke pasukan Belanda. Pasukan Belanda pun bergelimpangan, tetapi Emmy juga gugur dalam pertempuran jarak dekat itu.
Sementara itu, Wolter Monginsidi yang bertahan di Tidung, tidak jauh dari tempat Emmy gugur, juga menahan serangan Belanda. Hampir seluruh pasukannya gugur, kecuali ia dan dua orang kawannya.
Emmy Saelan, perempuan cantik berkulit putih itu, telah memilih gugur dengan jalan yang sangat terhormat. Ia adalah salah satu perempuan Indonesia yang telah mengorbankan dirinya di usia yang sangat muda untuk revolusi nasional. Meskipun ia anggota palang merah, tetapi ia selalu berpakaian ala laki-laki dan memilih di garis depan.
Kapten Usman Djafar pun ikut gugur dalam pertempuran itu. Sementara Wolter Monginsidi terus berjuang hingga ia ditangkap dan dieksekusi oleh Belanda pada tahun 1949. Ranggong Daeng Romo wafat di medan juang dan Maulwi Saelan melanjutkan perjuangan dan pengabdian sebagai prajurit bangsa serta olahragawan bangsa.
Warisan Perjuangan
Kisah Emmy Saelan menjadi inspirasi bahwa:
Perempuan Indonesia mampu berdiri sejajar dengan laki-laki di medan perang.
Perlawanan di Sulawesi Selatan adalah bukti tekad rakyat menolak penjajahan dengan segala pengorbanan.
Namanya kini dikenang bersama Wolter Monginsidi, Ranggong Daeng Romo, Usman Djafar, dan para pejuang lainnya sebagai pahlawan tanah Makassar.
? Emmy Saelan adalah srikandi yang gugur dengan kepala tegak. menyatunya dengan tanah Darah Makassar, menjadi saksi bahwa kemerdekaan Indonesia dibayar dengan nyawa terbaik anak bangsa.
Nama Emmy Saelan terus abadi. Di makassar, ada sebuah jalan, yang dulunya rute gerilya Emmy, telah diberi nama “Jalan Emmy Saelan”. Tidak hanya di Makassar, tetapi namanya “Jalan Emmy Saelan".
Lalu, sebagai bentuk penghormatan atas perjuangannya, pemerintah telah membangun sebuah monemen bernama 'Monumen Emmy Saelan'. Monumen itu berdiri tepat di atas tanah tempat gugurnya Emmy Saelan. Sebelumnya, ada usulan untuk membuat patung Emmy, namun usul itu langsung ditolak pihak keluarga. Pesta keluarga beralasan, pembuatan patung itu mengajarkan ajaran agama.
--
(***)