Sejarah Singkat G30S/PKI


G30S merupakan gerakan yang bertujuan untuk menyamakan pemerintahan Presiden Sukarno dan mengubah Indonesia menjadi negara komunis. Gerakan ini dipimpin oleh DN Aidit yang saat itu merupakan ketua dari Partai Komunis Indonesia (PKI).


Pada tanggal 1 Oktober 1965 dini hari, Letkol Untung yang merupakan anggota Cakrabirawa (pasukan pengawal Istana) memimpin pasukan yang dianggap setia pada PKI.


Gerakan ini mengincar perwira tinggi TNI AD Indonesia. Tiga dari enam orang yang menjadi sasaran langsung dibunuh di kediamannya. Sedangkan lainnya diculik dan dibawa menuju Lubang Buaya.


Jenazah ketujuh ketujuh pasukan TNI AD itu ditemukan selang beberapa hari kemudian.


2. Pejabat Tinggi yang Menjadi Korban


Keenam perwira tinggi TNI Angkatan Darat yang menjadi korban dalam peristiwa ini adalah:


- Letnan Jendral Anumerta Ahmad Yani

- Walikota Jendral Raden Soeprapto

- Walikota Jendral Mas Tirtodarmo Haryono

- Walikota Jendral Siswondo Parman

- Brigadir Jendral Donald Isaac Panjaitan

- Brigadir Jendral Sutoyo Siswodiharjo


Sementara itu, Panglima TNI AH Nasution yang menjadi sasaran utama berhasil meloloskan diri. Tapi, putri Ade Irma Nasution tewas tertembak dan ajudannya, Lettu Pierre Andreas Tendean diculik dan ditembak di Lubang Buaya.


Keenam jenderal di atas beserta Lettu Pierre Tendean kemudian ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi. Sejak berlakunya UU Nomor 20 tahun 2009, gelar ini juga diakui sebagai Pahlawan Nasional.


Selain itu, beberapa orang lainnya juga menjadi korban pembunuhan di Jakarta dan Yogyakarta. Mereka adalah:


- Brigadir Polisi Ketua Karel Satsuit Tubun

- Kolonel Katamso Darmokusumo

- Letnan Kolonel Sugiyono Mangunwiyoto


3. Pasca Kejadian


Setelah peristiwa G30S/PKI rakyat menuntut Presiden Sukarno untuk membubarkan PKI. Sukarno kemudian memerintahkan Walikota Jenderal Soeharto untuk membersihkan semua unsur pemerintahan dari pengaruh PKI.


Soeharto bergerak cepat. PKI dinyatakan sebagai penggerak kudeta dan para tokohnya yang diburu dan ditangkap, termasuk DN Aidit yang sempat kabur ke Jawa Tengah namun kemudian berhasil ditangkap.


Anggota organisasi yang dianggap simpatisan atau terkait dengan PKI juga ditangkap. Organisasi-organisasi tersebut antara lain Lekra, CGMI, Pemuda Rakyat, Barisan Tani Indonesia, Gerakan Wanita Indonesia dan lain-lain.


Berbagai kelompok masyarakat juga menghancurkan markas PKI yang ada di berbagai daerah. Mereka juga menyerang lembaga, toko, kantor dan universitas yang terkait dengan PKI.


Pada akhir tahun 1965, diperkirakan sekitar 500.000 hingga satu juta anggota dan pendukung PKI diduga menjadi korban pembunuhan. Sedangkan ratusan ribu lainnya diasingkan di kamp konsentrasi.


4. Diperingati Pada Zaman Orba


Pada era pemerintahan Presiden Soeharto, G30S/PKI selalu diperingati setiap tanggal 30 September. Selain itu, pada tanggal 1 Oktober juga diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila.


Untuk mengenang jasa ketujuh Pahlawan Revolusi yang gugur dalam peristiwa ini, Soeharto juga menggagas dibangunnya Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya, Jakarta Timur.


5. Diabadikan dalam Propaganda Film


Pada tahun 1984, film dokudrama propaganda tentang peristiwa ini yang berjudul Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI dirilis. Film ini diproduksi oleh Pusat Produksi Film Negara yang saat itu dimpimpin Brigjen G. Dwipayana yang juga staf kepresidenan Soeharto dan menelan biaya Rp 800 juta.


Mengingat latar belakang produksinya, banyak yang menduga bahwa film tersebut bertujuan sebagai propaganda politik. Apalagi di era Presiden Soeharto, film tersebut menjadi tontonan wajib anak sekolah yang selalu ditayangkan di TVRI tiap tanggal 30 September malam.


Sejak Presiden Soeharto lengser pada tahun 1998, film garapan Arifin C. Noer tersebut berhenti ditayangkan oleh TVRI. Hal ini terjadi setelah desakan masyarakat yang menganggap film tersebut tidak sesuai dengan kejadian sebenarnya.