HM. Rum : Harmonisasi Pembangunan Infrastruktur dan Perbaikan Kehidupan Beragama Kunci Hadapi Bahaya Banjir


Pada Talkshow Strategi Penanganan Banjir yang diselenggarakan oleh Komunitas Fuda Cafe, Jum'at 10 November 2023, Pj. Wali Kota Bima, HM. Rum, menyoroti perlunya ikhtiar pembangunan infrastruktur banjir sebagai upaya mitigasi berulangnya kejadian banjir bandang tahun 2006 dan 2016 di Kota Bima. 


 


H. Mohammad Rum menjelaskan bahwa pada saat penanganan banjir 2016, dirinya menjadi komandan satgas propinsi untuk penanganan banjir di Kota Bima. Kejadian banjir dahsyat pada waktu itu teridentifikasi disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya curah hujan esktrim, rendahnya daya serap tanah akibat kerusakan lingkungan serta adanya momen peningkatan volume udara laut berupa banjir rob disaat bersamaan memperparah kondisi saat itu.


 


Lebih jauh HM. Rum menyampaikan bahwa kegiatan diskusi dan penyampaian gagasan dalam penanganan banjir seperti saat ini adalah sebuah agenda yang sangat positif dalam mendukung ketangguhan Kota Bima dalam menghadapi tantangan serta ancaman banjir di masa yang akan datang. Saya sepakat bahwa penanganan banjir memerlukan langkah dan perhatian serius dari semua pemangku kepentingan terutama berkaitan dengan upaya mitigasi dan penanganan pasca bencana banjir. Mengingat pengalaman kejadian banjir 2016 lalu, Kota Bima seharusnya telah memiliki dokumen kontinjensi bencana sebagai dalam landasan penanganan kejadian bencana banjir, baiklah. level mitigasi maupun di level penanganan pasca kejadian seandainya kejadian tersebut berulang", urai HM. Rum.

 

H. Muhammad Rum juga menjelaskan bahwa langkah strategi penanganan banjir dapat dilakukan dengan pembangunan terintegrasi dari hulu ke hilir, namun di tingkat hulu Pemerintah Kota Bima memiliki keterbatasan ruang kerja karena melibatkan otoritas wilayah yang mencakup Kabupaten Bima.


Langkah paling potensial yang dapat diambil dalam penanganan banjir perkotaan adalah perbaikan sistem drainase yang efisien, pembuatan ruang terbuka dan penataan taman kota sebagai area resapan, pembuatan sistem pemantauan dan prediksi cuaca serta sistem peringatan dini untuk mengurangi dampak kerugian jika banjir menerjang Kota Bima, pengaturan tata ruang. ruang yang berkaitan dengan risiko banjir, pengelolaan sampah yang efisien, pemanfaatan teknologi inovatif seperti penggunaan sistem pompa otomatis dan tanggul pintar untuk banjir rob. Hal yang tidak kalah pentingnya dalam penanganan banjir perkotaan adalah kerjasama pemerintah dengan berbagai lembaga dalam integrasi penelitian dan temuan baru penanganan banjir yang dapat diimplementasikan dalam kebijakan publik.



Itulah dokumen kontinjensi bencana yang harus segera dimiliki oleh Kota Bima sebagai acuan dasar dalam penanganan bencana banjir di masa yang akan datang. Dengan harapan penerapan holistik dari kombinasi langkah-langkah tersebut dapat membantu mengurangi risiko dan dampak banjir perkotaan secara signifikan. 


H. Mohammad Rum berharap agar pemikiran tentang strategi penanganan banjir yang dihasilkan dalam forum Talkshow seperti ini dapat dituangkan dalam bentuk konsep konkrit yang dapat segera diterapkan dalam kebijakan yang bisa ditempuh Pemerintah Kota Bima. “Saya mengapresiasi kegiatan seperti ini karena namun sebuah kebijakan harus lahir dari konsep pemikiran yang matang dan mempertimbangkan berbagai aspek. Seandainya kemampuan APBD Kota Bima belum mampu membiayai pembangunan infrastruktur pengendali banjir, maka akan kita upayakan pembiayaan melalui APBD Provinsi dan APBN”, jelas HM. RUM.

Dari sisi pemikiran yang lain, HM. Rum juga menekankan pentingnya perbaikan pola kehidupan masyarakat dengan terus menyuarakan ikhtiar mendekatkan diri kepada Allah melalui upaya memakmurkan masjid sebagai landasan spiritual dalam menghadapi dampak banjir. Karena sejatinya banjir dapat dilihat sebagai aspek alam atau ujian dan azab Allah yang disebabkan oleh rusaknya moral dan perilaku menyimpang yang secara sadar atau tidak sadar pernah kita lakukan.

“Kita tidak pernah tahu, apakah banjir terjadi karena kesalahan tata kelola lingkungan atau memang dikirim Allah sebagai bentuk teguran agar kita kembali pada kesadaran sebagai manusia yang seharusnya terus istiqamah dalam menjalankan syariat agama”, lanjut HM. Rum.


"Tanpa menjamin kelancaran persoalan banjir, sejarah pernah mencatat bahwa sejatinya musibah banjir pernah terjadi di masa Nabi Nuh, tidak ada referensi yang menceritakan kerusakan lingkungan seperti gundulnya hutan, akan tetapi justru yang diriwayatkan adalah gundulnya moral dan keimanan kaum Nabi Nuh menjadi penyebab turunnya bencana banjir pada saat itu", jelas HM. Rum


“Saya harap kebijakan dan strategi pembangunan infrastruktur pengendali banjir dapat terbangun sejalan dengan kesadaran moral dan spritual dalam menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari. Harmonisasi pembangunan infrastruktur dan perbaikan moral dan kehidupan beragama adalah kunci keberhasilan dalam penanganan isu banjir perkotaan di Kota Bima”, tutup H .Mohammad Rum.


(***)