Kisah Arung Palakka di Tanah Toraja


Arung Palakka, seorang bangsawan Bone yang kelak menjadi Raja Bone, dikenal sebagai pejuang tangguh dalam melawan dominasi Kerajaan Gowa-Tallo pada abad ke-17. Setelah dikalahkannya Bone oleh pasukan Gowa, Arung Palakka tidak tinggal diam. Ia melarikan diri, mengembara dari satu daerah ke daerah lain, mencari dukungan untuk memerdekakan tanah Bugis dari kekuasaan kekuasaan Makassar.


Salah satu daerah yang menjadi persinggahan penting dalam perjalanan panjangnya adalah Tanah Toraja.

Di Toraja, Arung Palakka disambut oleh para bangsawan dan rakyat setempat. Orang Toraja kagum melihat keberanian dan keteguhan hati Arung Palakka yang masih muda namun memiliki semangat juang besar. Meski berbeda suku dan adat, semangat kebebasan yang dibawa Arung Palakka membuat rakyat Toraja menghormatinya.


Selama di Toraja, Arung Palakka tidak hanya bersembunyi dari kejaran Gowa, tetapi juga menjalin persaudaraan dengan para pemimpin adat Toraja. Ia belajar tentang tradisi, upacara, serta kearifan masyarakat setempat. Sebagai ketidakseimbangannya, ia sering membantu dalam peperangan kecil atau konflik antar wilayah, menampilkan kepiawaian strategi dan keberanian di medan laga.


Kehadirannya di Toraja membuat namanya semakin harum. Ia dikenang sebagai sosok yang bukan hanya pejuang bagi suku Bugis, namun juga sahabat bagi orang Toraja. Ikatan persaudaraan itu kelak menjadi bagian penting dalam jaringan dukungan yang ia bangun sebelum akhirnya kembali bersekutu dengan Belanda untuk menumbangkan kekuasaan Gowa.


Bagi masyarakat Toraja, kisah persinggahan Arung Palakka menjadi bukti hubungan sejarah yang panjang antara Bugis dan Toraja. Ia bukan hanya tokoh Bone, tetapi juga pernah menjejakkan langkah perjuangannya di tanah para leluhur Toraja.


Sumber foto-ilustrasi 

(***)