Gejalan Gangguan Saraf Akibat Keracunan Merkuri

Tragedi lingkungan yang dikenal sebagai Penyakit Minamata menjadi salah satu catatan kelam dalam sejarah industri Jepang. Penyakit ini pertama kali terdeteksi pada tahun 1956 di Kota Minamata, Prefektur Kumamoto, ketika sejumlah penduduk mengalami gejala gangguan saraf yang tidak biasa. Setelah penyelidikan, diketahui bahwa penyebab utama adalah keracunan merkuri yang mencemari laut sekitar kota tersebut.
Pencemaran ini berasal dari limbah industri yang dibuang oleh perusahaan kimia Chisso Corporation, yang memproduksi asetaldehida menggunakan katalis berbasis merkuri. Limbah yang mengandung metilmerkuri tersebut dibuang langsung ke Teluk Minamata selama bertahun-tahun, tanpa pengolahan terlebih dahulu.
Zat beracun itu terakumulasi dalam tubuh ikan dan kerang—sumber protein utama masyarakat setempat. Warga yang mengonsumsi makanan laut tersebut mulai menunjukkan gejala seperti kehilangan koordinasi, gangguan bicara, gangguan penglihatan, hingga kelumpuhan. Beberapa korban bahkan meninggal dunia atau melahirkan anak dengan cacat lahir berat.
Pemerintah Jepang secara resmi mengakui penyakit Minamata sebagai penyakit akibat pencemaran lingkungan pada tahun 1968. Namun, proses hukum dan pemulihan terhadap para korban berlangsung lama dan penuh perjuangan. Ribuan orang mengajukan gugatan untuk mendapatkan pengakuan dan bantuan medis dari negara maupun perusahaan terkait.
Hingga kini, penyakit Minamata tetap menjadi simbol penting bagi gerakan lingkungan di Jepang dan dunia. Pemerintah Jepang telah menetapkan berbagai regulasi ketat terhadap pembuangan limbah industri untuk mencegah terulangnya tragedi serupa.
Sebuah Museum Minamata Didirikan untuk mengenang para korban dan menyampaikan pesan tentang pentingnya menjaga lingkungan. Selain itu, kota Minamata kini menjadi contoh dalam pengelolaan limbah dan pembangunan berkelanjutan.
(***)