5 Fakta Pierre Tendean, Sang Pahlawan Revolusi Berdarah Prancis yang Melegenda


Nama Pierre Andries Tendean begitu harum dalam sejarah Indonesia. Perwira muda ini bukan hanya gugur sebagai salah satu korban peristiwa G30S 1965, tetapi juga meninggalkan jejak keteladanan, keberanian, dan kisah hidup yang penuh inspirasi. Berikut lima fakta menarik tentang sosok Kapten Pierre Tendean yang tak lekang dimakan waktu.


1. Makna Nama Pierre Tendean


Pierre lahir di Jakarta pada 21 Februari 1939 dari pasangan dr. AL Tendean, seorang dokter asal Minahasa, Sulawesi Utara, dan Maria Elizabeth Cornet, wanita keturunan Belanda-Prancis.


Nama Pierre dalam bahasa Prancis berarti “batu” yang melambangkan ketegaran dan kekuatan. Orang tuanya memberi nama itu sebagai doa agar Pierre tumbuh menjadi pribadi yang kokoh dan teguh memegang prinsip. Sementara nama Tendean adalah warisan dari sang ayah.


Sejak kecil, Pierre menonjol sebagai anak yang cerdas, rendah hati, dan mudah bergaul. Ia tak pernah membeda-bedakan kawan, sehingga selalu disayangi banyak orang. Masa kecilnya perpindahan dari Jakarta, Tasikmalaya, Cisarua, hingga Magelang di tengah suasana revolusi kemerdekaan. Meski kondisi pendidikan serba terbatas, Pierre tetap tekun dan tidak pernah tinggal di kelas.


Setelah menempuh pendidikan dasar di Magelang, Pierre melanjutkan SMP di Semarang hingga lulus tahun 1955, lalu masuk SMA Negeri I Semarang jurusan Ilmu Pasti (Bagian B). Dari bakat kedisiplinan dan keteguhannya semakin menonjol.


2. Tidak mengikuti Jejak Sang Ayah


Sebagai anak seorang dokter, banyak yang berharap Pierre akan meneruskan profesi sang ayah. Namun jalan hidupnya berbeda. Ia memilih jalur militer sebuah keputusan yang awalnya tentang ibunya karena dianggap penuh risiko.


Namun, ketekunan, disiplin, dan tekad baja membuat keluarganya akhirnya merestui. Keputusannya ini membuktikan bahwa Pierre adalah sosok yang berani memilih jalan hidupnya sendiri, meski penuh tantangan.


3. Menyusup ke Malaysia dalam Operasi Dwikora


Sebagai perwira muda di Corps Zeni, Pierre ikut terjun langsung dalam Operasi Dwikora. Ia dipercaya melakukan misi berbahaya menyusup ke Malaysia sebanyak tiga kali.


Tugas itu bukan hanya membutuhkan keberanian, tetapi juga kecerdasan dan ketahanan fisik yang luar biasa. Dari sini terlihat jelas betapa besarnya pengabdian Pierre terhadap bangsa, meski usianya masih begitu muda.


4. Menjadi Rebutan Tiga Jenderal


Ketangguhan dan kecerdasan Pierre membuat dirinya menjadi sosok yang diincar banyak petinggi militer. Tiga jenderal besar Indonesia saat itu bahkan bersaing untuk diangkat menjadi ajudan.


Akhirnya, takdir mengambil menjadi Ajudan Jenderal AH Nasution, tokoh penting dalam Angkatan Darat. Jabatan ini bukan hanya sebuah kehormatan, tetapi juga menempatkannya langsung di tengah arus besar sejarah bangsa.


5. Gugur Sebelum Menikahi Rukmini


Di balik seragam dan tugas-tugas beratnya, Pierre juga menyimpan kisah asmara yang tak kalah mengharukan. Ia menjalin cinta dengan Rukmini Chaimin, seorang gadis keturunan Jawa dari Medan. Hubungan mereka begitu serius hingga sempat membicarakan pernikahan.


Namun, takdir berkata lain. Pierre gugur pada 1 Oktober 1965, sehari setelah ulang tahun ibundanya, tanpa sempat mengikat janji suci dengan kekasih hatinya. Cinta mereka pun abadi sebagai kenangan yang tak pernah terwujud.


Warisan Abadi Sang Pahlawan


Pierre Tendean meninggalkan dunia pada usia 26 tahun, namun semangat juang, keberanian, dan kisah hidupnya tetap hidup dalam ingatan bangsa. Ia adalah simbol pemuda yang teguh memegang prinsip, berani berkorban, dan tulus mengabdi demi tanah air.


(***)