Ade Irma Suryani Nasution.
Alasan Sebenarnya Mengapa M4k4m Ade Irma Putri Jenderal Abdul Haris Nasution Tidak Dipindahkan setelah Gugur dalam Tragedi G30S PKI.
Ade Irma Suryani Nasution.
Lahir pada 19 Februari 1960, Ade Irma dikenal sebagai gadis kecil yang ceria, penuh kasih, dan menjadi permata hati keluarganya. Namun takdir berkata lain. Ketika pasukan Cakrabirawa menyerbu rumah sang ayah untuk menculik Jenderal Nasution dalam rangkaian Gerakan 30 September (G30S/PKI), peluru-peluru panas menembus keheningan malam. Sang ibu, yang berusaha melindungi suami dan anak-anaknya, tak menyangka bahwa bahaya justru merenggut si bungsu dari pelukannya.
Ade Irma terkena tiga peluru di dada dan perut saat ibunya berusaha menutupi tubuh mungilnya. Gadis kecil itu hidup berjuang selama enam hari dengan luka parah, sebelum akhirnya menghasilkan napas terakhir pada 6 Oktober 1965. Indonesia pun berduka. Seorang anak tak berdosa menjadi simbol kepedihan dan keberanian di tengah gejolak bangsa.
Jenazah Ade Irma dimakamkan di Kompleks Wali Kota Jakarta Selatan, tepatnya di Jalan Prapanca, Petogogan, Kebayoran Baru. Di sanalah berdiri monumen megah sebagai pengingat betapa mahalnya harga kemerdekaan dan keamanan negeri ini. Monumen itu dihiasi foto-foto dan pesan dari ayahnya, Jenderal AH Nasution sebuah tugu cinta dan duka yang abadi.
Lalu mengapa makam Ade Irma Suryani Nasution tidak boleh dipindahkan?
Jawabannya bukan sekadar alasan pribadi, tetapi karena makam itu telah menjadi simbol perlawanan terhadap kekerasan dan ketertinggalan. Seperti dijelaskan oleh Marina Edyarti, cucu Jenderal Nasution, keluarga memiliki hak penuh untuk memutuskan keberadaan Makam tersebut. Namun, lebih dari sekedar hak keluarga, Makam Ade Irma telah menjadi warisan sejarah bangsa Saksi bisu dari tragedi yang mengguncang republik ini pada tahun 1965.
Tempat peristirahatan terakhir Ade Irma kini menjadi tempat ziarah dan refleksi bagi masyarakat Indonesia, terutama bagi mereka yang ingin memahami arti pengorbanan dan cinta sejati terhadap keluarga dan tanah air. Makam itu bukan hanya sebongkah tanah dengan nisan, tetapi sebuah monumen moral dan kemanusiaan, pengingat bahwa di balik konflik setiap dan ambisi politik, selalu ada korban tak bersalah yang harus dikenang dengan doa dan rasa hormat.
Hingga kini, Makam Ade Irma Suryani Nasution tetap terjaga dan tak tersentuh oleh rencana transfer apa pun. Ia tetap berada di sana di antara pohon rindang dan dinding gedung pemerintahan yang sunyi menjadi simbol pengorbanan kecil yang bermakna besar bagi sejarah bangsa Indonesia.
(***)