Kisah Perjuangan Letnan Jenderal Urip Sumoharjo membentuk Angkatan Perang Republik??



Letnan Jenderal TNI (Anumerta) Raden Urip Sumoharjo (lahir 22 Februari 1893, meninggal 17 November 1948) adalah seorang tokoh militer sejati yang memainkan peran fundamental dan sering kali berada di balik layar pendirian dan pengaturan organisasi militer Indonesia. Perjuangannya tidak berpusat pada pertempuran fisik besar, melainkan pada perjuangan intelektual, struktural, dan moral untuk menciptakan tentara yang profesional.


1. Fondasi Disiplin dari KNIL

Sebelum kemerdekaan, Urip Sumoharjo meniti karir cemerlang di KNIL (Koninklijk Nederlands-Indische Leger), Angkatan Perang Hindia Belanda. Ia mencapai pangkat tertinggi yang bisa diraih oleh seorang perwira pribumi, yaitu Walikota. Pengalamannya selama 25 tahun di KNIL memberikan pemahaman mendalam tentang doktrin, disiplin, dan organisasi militer modern—sebuah bekal yang sangat krusial bagi negara baru.


Perjuangannya dalam masa ini ditandai dengan integritas yang tinggi. Ia dikenal keras terhadap diskriminasi rasial di tubuh KNIL. Salah satu kisah yang menonjol adalah ketika ia berani menegur dan melarang Bupati Purworejo memasuki tempat upacara karena terlambat, suatu tindakan yang menunjukkan bahwa disiplin militer berada di atas hierarki sosial atau jabatan sipil. Karena tidak setuju dengan keputusan atasannya yang membelanya, ia memilih menolak diri pada tahun 1938, menunjukkan sikap ksatria yang menolak berkompromi terhadap prinsip.


2. Menggagas Tentara Nasional yang Profesional (TKR)

Setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Pemerintah RI awalnya hanya membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR), yang tujuannya hanya menjaga keamanan umum dan bukan sebagai tentara resmi, karena trauma terhadap militerisme Jepang. Namun, Urip menyadari bahwa sebuah negara yang baru merdeka dan terancam agresi tidak mungkin bertahan tanpa angkatan perang yang terorganisir.


Pada tanggal 14 Oktober 1945, ia dipanggil oleh Presiden Soekarno dan diberi tugas mahaberat: membentuk Angkatan Perang Republik Indonesia. Tugas ini sangat sulit karena ia harus menyatukan:


Kelompok-kelompok laskar rakyat yang semangatnya tinggi tetapi kurang disiplin.


Bekas pasukan KNIL dan PETA yang memiliki latar belakang, pelatihan, dan loyalitas yang berbeda-beda.


Di bawah kepemimpinannya sebagai Kepala Staf Umum Tentara Keamanan Rakyat (TKR) (cikal bakal TNI), Urip Sumoharjo berjuang keras untuk:


Membangun Struktur Organisasi: Merancang pembagian, mempertahankan, hingga batalion.


Menetapkan Disiplin: Menanamkan nilai-nilai profesionalisme militer yang berbeda dari semangat laskar.


Mendirikan Pendidikan Militer: Ia memprakarsai pembentukan Akademi Militer di Yogyakarta, sebagai upaya jangka panjang mencetak perwira yang kompeten.


Perjuangannya adalah meyakinkan para pemimpin politik dan laskar bahwa tentara harus tunduk pada hukum dan disiplin, bukan emosi atau kepentingan kelompok.


3. Keteladanan dalam Jabatan dan Pengorbanan

Perjuangan Urip diuji saat terjadi pemilihan Panglima Besar TKR pada bulan November 1945. Meskipun secara teknis dan pengalaman militer Urip lebih unggul dan telah ditunjuk sebagai Kepala Staf Umum dengan Letnan Jenderal, ia kalah suara dari Kolonel Soedirman, seorang tokoh muda yang lebih merakyat dan dekat dengan laskar.


Dalam momen krusial ini, Urip menampilkan jiwa pahlawan sejati dan negarawan. Ia menerima kekalahan dengan lapangan dada dan tetap setia mengabdi sebagai Kepala Staf Umum di bawah Jenderal Soedirman. Pengorbanan Urip ini sangat vital, karena mencegah perpecahan di tubuh angkatan bersenjata yang baru lahir dan menegaskan bahwa loyalitas tertinggi adalah kepada Republik, bukan kepada pribadi atau jabatan.


Hingga akhir hayatnya pada tanggal 17 November 1948, Urip terus berjuang menata organisasi tentara di tengah Revolusi Fisik dan Agresi Militer Belanda. Jasa-jasanya dalam meletakkan fondasi profesionalisme, struktur, dan disiplin pada tubuh TNI menjadi Bapak Angkatan Perang Republik Indonesia.


Sumber

Kepres RI : Keputusan Surat Presiden Republik Indonesia Nomor 314 Tahun 1964 tentang penganugerahan gelar Pahlawan Nasional.


Buku Biografi: Oerip Soemohardjo: Bapak Tentara yang Dilupakan oleh Rohmah Soebroto (istri Urip Sumoharjo).


Publikasi Militer dan Sejarah: Laporan tentang pembentukan TKR/TRI/TNI, termasuk karya dari sejarah militer seperti HJ Benda dan JRW Smail.


Arsip Nasional dan Media: Artikel-artikel berita tahun 1945-1948 yang meliput perannya sebagai Kepala Staf Umum TKR.


(***)