Awal Mula Perseteruan Prabowo Subianto dengan Keluarga Cendana Terkuak: Inilah Penyebabnya



Hubungan antara Prabowo Subianto dan Keluarga Cendana pernah menjadi simbol keharmonisan antara kekuasaan dan cinta keluarga di puncak elit politik Indonesia. Namun, di balik senyum yang tersaji di depan publik, ternyata tersimpan bara yang perlahan membakar hubungan keduanya hingga menjadi sejarah yang penuh intrik dan luka.


Semuanya bermula pada tahun 1983, ketika Prabowo menikah dengan Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto, putri kesayangan Presiden Soeharto. Pernikahan ini bukan sekadar ikatan dua insan, tetapi juga menyatukan dua kekuatan besar militer dan politik dalam satu garis keluarga. Selama hampir 15 tahun, Prabowo menjadi bagian dari lingkaran terdekat Keluarga Cendana, menikmati kejayaan Orde Baru yang kala itu berkuasa penuh atas Indonesia.


Namun, badai besar datang menjelang akhir masa pemerintahan Soeharto. Krisis moneter yang melanda Asia pada tahun 1997–1998 menjadi titik awal rezim goyahnya. Ketika gelombang reformasi semakin kuat, posisi Prabowo yang saat itu menjabat sebagai Panglima Kostrad menjadi sorotan. Ia dianggap terlalu dekat dengan tokoh-tokoh reformasi seperti Amien Rais, Adnan Buyung Nasution, dan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sosok-sosok yang terang-terangan menentang kekuasaan Soeharto.


Tragedi Mei 1998 menjadi puncak dari ketegangan itu. Di tengah-tengah wilayah besar di Jakarta, Prabowo termasuk mengambil langkah-langkah yang dinilai secara konservatif oleh pihak keluarga besar Cendana. Salah satu yang paling mencolok adalah pertemuannya dengan BJ Habibie, Wakil Presiden saat itu, untuk membahas kemungkinan pergantian kepemimpinan nasional. Tindakan tersebut dianggap oleh sebagian anggota keluarga sebagai bentuk “pengkhianatan” terhadap mertua, Presiden Soeharto.


Ketika Soeharto akhirnya mundur pada 21 Mei 1998, luka batin di dalam Keluarga Cendana semakin dalam. Mereka menilai bahwa Prabowo ikut serta dalam kejatuhan sang penguasa Orde Baru. Perseteruan ini pun tak hanya bersifat politik, melainkan juga pribadi mencabik-cabik ikatan keluarga yang dahulunya tampak kokoh.


Namun, Prabowo membela dirinya. Ia menyatakan bahwa semua keputusan yang diambilnya semata-mata demi menegakkan dan menyelamatkan bangsa, bukan untuk menjatuhkan siapa pun. Meski begitu, pembelaan itu tidak cukup untuk menghapus jurang yang telah terlanjur tercipta antara dirinya dan keluarga besarnya.


Kini, setelah bertahun-tahun berlalu, Prabowo membuka lembaran lama itu kepada publik menunjukkan betapa rumitnya kehidupan di lingkaran elit kekuasaan Indonesia, di mana cinta dan politik bisa menjadi dua sisi mata uang yang saling berbeda.

Sumber : monitorday.com


#PrabowoSubianto #KeluargaCendana #Soeharto #TitiekSoeharto #Reformasi1998 #SejarahPolitikIndonesia #IntrikKekuasaan