Kartini: Wanita Priyai, Terbuka dan Tetap Nyantri Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Kartini: Wanita Priyai, Terbuka dan Tetap Nyantri", Klik untuk baca: https://www.kompasiana.com/albarrahman8330/644288204addee3db0492f32/kartini-w
Membahas dan menceritakan sosok Kartini sungguh sangatlah populer. Wanita yang menolak kemunduran berpikir dan selalu terbuka. Inilah sosok representasi wanita hebat negri ini yang kian terus diperingati karena dijadikan salah satu inspirator wanita modern zaman ini.
Tepat pada 21 April diperingati hari kartini. Ini sekaligus perayaan tahunan bagi wanita modern untuk terus mengeksprisikan keterbukaan pikiran yang maju layaknya Kartini. Sering kita mendengar slogan "Kartini Masa Kini".
Tidak akan membahas sosok Kartini yang kian populer. Artikel sederhana ini hanya mengajak pada satu refleksi nilai betapa priyainya wanita ini dan terbukanya dia tetaplah ia seorang santri yang masih mau belajara agama.
Bermula kala 4 atau sekitar 5 tahun lalu saya sebagai pengajara dan pembantu kegiatan teater di sebuah sekolah. Pada hari Kartini, singkatnya kami inisiasi untuk tidak hanya sekedar memperingatinya melainkan melakukan hal ini. Menampilkan teater bergenre sejarah biografi seorang Kartini.
Singkatnya saya mencoba membuat teaternya dimulai dengan riset pembuatan script dan dialog naskah hingga melatih anak-anak mementaskan kartini dan punakawannya.
Ide cerita yang diangkat adalah sosok kartini yang kian bersahaja. Priyai namun sejak kecil senang bermain dengan siapa saja tanpa melihat status sosial.
Beranjak remaja dan dewasa pikirannya mulai terbuka. Membaca banyak buku hingga bersurat-suratan deng Stela sahabatnya di Belanda.
Tidak hanya memiliki pikiran terbuka terhadap kemjuan seorang wanita yang berhak terdidik dan berpendidikan. Sosok kartini yang hidup di tahun 1800-san akhir itu ternyata mengagumi sosok ulama Jawa kala itu tersohor naman. Kiyai Soleh Darat.
Akhirnya kepada Kiyai Soleh Darat, Kartini datang untuk belajar tentang Islam terutama kandungan isi Al-Quran itu sendiri. Kartini menyurati langsung ulama jawa tersohor ini untuk menerjemahkan Al-Quran kedalam bahasa jawa guna masyarakat juga mampu menyelami isi kandungannya yang teramat indah.
Kiyai Soleh Darat turut menerjemahkan Al-Quran kedalam bahasa jawa. Kartini begitu riang dan amat senang mendengar kemajuan yang dilakukan oleh tokoh Islam yang dikaguminya