Ilmuwan Temukan Asal Usul Bintang Raksasa Biru Paling Terang di Alam Semesta


Ilustrasi sistem biner bintang raksasa merah dan rekannya yang lebih muda yang bisa bergabung untuk menghasilkan bintang super raksasa biru. Gambar: Casey Reed, NASA
Ilustrasi sistem biner bintang raksasa merah dan rekannya yang lebih muda yang bisa bergabung untuk menghasilkan bintang super raksasa biru. Gambar: Casey Reed, NASA

ANTARIKSA -- Sebuah penelitian internasional yang dipimpin oleh Instituto de Astrofisica de Canarias (IAC) telah menemukan petunjuk tentang sifat beberapa bintang super raksasa biru. Mereka adalah bintang paling terang dan terpanas di alam semesta kita.

Sebenarnya para ilmuwan telah lama menemukan dan mengamati bintang super raksasa biru. Namun asal muasal usulnya masih menjadi teka-teki yang telah diperdebatkan selama beberapa dekade.

Dengan menganalisis model bintang baru dan menganalisis sampel data besar di Awan Magellan Besar, para peneliti IAC telah menemukan bukti kuat. Sebagian besar bintang super raksasa biru itu kemungkinan terbentuk dari penggabungan dua bintang yang terikat dalam sistem biner. Penelitian itu telah dipublikasikan di  The Astrophysical Journal Letters.

Bintang super raksasa biru tipe B adalah bintang yang sangat terang dan panas, setidaknya 10.000 kali lebih terang dan 2 hingga 5 kali lebih panas dari matahari. Ia juga memiliki massa antara 16 hingga 40 kali massa matahari.

Baca Juga:Superkluster Galaksi Terbesar Ditemukan, 26 Kuadriliun Kali Matahari

Menurut ilmu bintang, penggabungan dua bintang tersebut diperkirakan terjadi selama fase evolusi yang sangat cepat, sehingga jarang terlihat. Itu menjadi alasan mengapa  bintang raksasa biru  banyak terlihat.

Petunjuk penting mengenai asal usul mereka terletak pada fakta bahwa sebagian besar bintang super raksasa biru bersifat tunggal. Artinya, mereka tidak memiliki pendamping yang terikat secara gravitasi. Padahal, sebagian besar bintang masif muda lahir dalam sistem biner bersama pendampingnya.

Dalam penelitian yang dipimpin peneliti IAC, Athira Menon, tim astrofisikawan komputasi dan observasi internasional menyimulasikan model rinci konversi bintang. Kemudian menganalisis sampel 59 bintang super raksasa biru tipe B di Awan Magellan Besar, sebuah galaksi dekat Bima Sakti.

Mereka menyimulasikan penggabungan sejumlah bintang raksasa yang berevolusi dengan bintang yang lebih kecil pada berbagai parameter. Kemudian, menghitung interaksi dan mencampurkan dua bintang selama penggabungan.

“Bintang-bintang yang baru lahir (bergabung dan) hidup sebagai bintang super raksasa biru sepanjang fase terpanjang kedua kehidupan sebuah bintang, ketika ia membakar helium pada intinya,” jelas Menon.

Baca Juga:Planet Sial Berbentuk Telur Ini Sedang Berputar ke Jalur Tabrakan dengan Bintangnya

Menurut peneliti IAC lainnya, Artemio Herrero dan salah satu penulis artikel tersebut, hasil yang diperoleh menjelaskan mengapa bintang super raksasa biru ditemukan dalam apa yang disebut 'celah evolusi' dari bintang fisika klasik. “Sebuah fase evolusi yang tidak kita duga bisa menemukan bintang,” kata dia.

Peneliti IAC lainnya, Danny Lennon mengatakan, mereka juga menemukan bintang-bintang yang lahir dari penggabungan tersebut mampu mereproduksi komposisi permukaan lebih besar, khususnya peningkatan nitrogen dan helium. Hal ini menunjukkan bahwa penggabungan mungkin merupakan saluran dominan untuk menghasilkan raksasa biru,” kata dia.

Penelitian tersebut membuat lompatan besar dalam memecahkan masalah lama tentang bagaimana bintang super raksasa biru terbentuk. Kemudian, menunjukkan peran penting penggabungan bintang dalam morfologi galaksi dan populasi bintangnya.

Bagian selanjutnya dari penelitian ini akan mencoba mengeksplorasi bagaimana bintang super raksasa biru itu meledak dan berkontribusi pada pembentukan bintang neutron hingga lubang hitam. Sumber: Phys.org.



 (***)