Ada Letupan dari Kutub Selatan Matahari, Petanda Apa?


tombol berbagi whatsapp
tombol berbagi facebook
tombol berbagi twitter
tombol berbagi email
bagikan tombol berbagi ini


Fenomena alam letusan plasmadari kutub selatan Matahari. (Dok: Sains Langsung/Eduardo Schaberger Poupeau)
Fenomena alam letusan plasmadari kutub selatan Matahari. (Dok: Sains Langsung/Eduardo Schaberger Poupeau)

Bloomberg Technoz, Jakarta  - Terjadi fenomena langkah saat Matahari melepaskan semburan plasma dari sisi selatan, pada 17 Februari lalu, yang ditangkap oleh astrofotografer Eduardo Schaberger Poupeau.

Plasma ini terlepas dari kutub selatan Matahari dan kemudian menuju angkasa hingga membentuk awan raksasa atau Corona Mass Ejection(CME), berdasarkan keterangan Live Science.

Fenomena langka ini merupakan tanda terbaru bahwa Matahari sedang memasuki fase paling aktif. “Gumpalan plasma raksasa baru-baru ini meledak dari kutub selatan matahari, di mana letusan matahari hampir tidak pernah terjadi,” tulis Live Science.

Semburan plasma dari sisi kutub selatan Matahari jarang terjadi, karena sebagian besar justru terjadi di sekitar ekuator, “dan hampir tidak pernah berasal dari dekat kutub magnet, karena kutub adalah tempat medan magnet matahari paling kuat, yang biasanya menekan pembentukan bintik matahari.”

“Kolom plasma itu sangat besar, saya harus memutar kamera untuk memasukkannya ke dalam bingkai. Itu benar-benar pemandangan yang luar biasa,” cerita Eduardo Schaberger Poupeau dilansir Spaceweather.com.

Fenomena ledakan plasma atau ionisasi gas diperkirakan berukuran tinggi 200,00 km di atas permukaan. Ini setara dengan 15 kali lipat tinggi Bumi.

Kolom atau plasma, menurut perkiraan para ilmuwan terjadi karena lingkaran magnet yang melingkari kutub magnetik Matahari atau kerap disebut Polar Crown Filament (PCF). Sedangkan Plume plasma yang terlepas disebut sebagai polar crown prominence (PCP).

Melalui pengamatan lanjutan, fenomena ini membuat CME relatif menjauh dari Bumi dan planet lainnya—seluruhnya mengorbit pada Matahari— hingga indikasi gangguan geomagnetik tidak terdampak.

(***)