Mengupas Sejarah Kerajaan Siak, Kerajaan Bercorak Melayu Islam
Wilayah Indonesia yang terdiri dari berbagai suku yang menghuni pulau besar dan pulau kecil tak bisa lepas dari sejarah yang mengawalinya. Provinsi Riau, Pekanbaru yang terdapat di pesisir Sumatera ternyata juga memiliki kisah sejarah yang tersembunyinya. Untuk itu, berikut sejarah Kerajaan Siak yang harus Anda ketahui.
Asal Usul Kerajaan Siak
Kisah sejarah yang tertuang banyak menunjukkan bahwa Kerajaan Siak merupakan kerajaan Melayu Islam yang sempat berjaya pada abad ke-16 hingga abad ke-20.
Kerajaan ini didirikan oleh Raja Kecik dengan gelar Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah pada tahun 1723 Masehi. Raja Kecik merupakan seorang Putra Raja Johor yang dilarikan ke Jambi agar bisa terselamatkan dari Datuk Bendahara.
Kondisi tersebut menyebabkan Kerajaan Johor yang dimiliki oleh ayah dari Raja Kecik diduduki Datuk Bendahara Tun Habib. Meski demikian, Raja Kecik Dewasa akhirnya sempat merebut tahta Kerajaan Johor pada tahun 1717.
Namun, perebutan kekuatan oleh Tengku Sulaiman menyebabkan peperangan saudara sehingga Raja Kecik dan Tengku Sulaiman meninggal.
Kondisi tersebut bahkan membuat Raja Kecik mundur hingga ke Buantan dan mendirikan negeri baru di pinggir Sungai Buantan (anak Sungai Siak). Sehingga sikap negeri baru di wilayah ini menjadikan awal mula sejarah Kerajaan Siak.
Meski demikian, wilayah kekuasaan kerajaan ini sempat berpindah-pindah hingga akhirnya kerajaan ini berakhir.
Baca Juga: Jadi Cikal Bakal Sriwijaya, Ini Sejarah Kerajaan Kota Kapur
Kisah Perjalanan Kerajaan Siak
Pendirian Kerajaan Siak mulai dari tahap spesifikasi, spesifikasi masa kejayaan hingga kemunduran berlangsung mulai dari tahun 1723 M hingga 1949 M. Pasalnya kerajaan ini dipimpin oleh 12 raja yang memiliki gelar sultan.
Para Sultan tersebut bahkan memiliki pengaruh yang kuat untuk memindahkan pusat pemerintahan hingga membangun kota yang makmur.
Beberapa tempat yang pernah ditempati sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Siak adalah Buantan, Mempura, Senapelan Pekanbaru hingga akhirnya berada di Siak.
Kerajaan ini selalu memperbesar kekuasaan militer untuk mempertahankan diri dan memperluas wilayah. Kerajaan Siak sempat mendapatkan kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Syarif Ali Abdul Jalil sekitar tahun 1784.
Kejayaan yang dapat diraih oleh Kerajaan Siak adalah memperluas wilayah kekuasaan hingga ke seluruh Pulau Sumatera dan Kalimantan. Beberapa wilayah kekuasaan yang didapatkan kerajaan ini meliputi Serdang, Delu, Asahan dan Sambas.
Sejarah Kerajaan Siak bahkan menunjukkan adanya kekuasaan dalam mengontrol jalur laut antara Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera.
Kerajaan ini juga pernah memiliki kerajaan yang megah pada masa pemerintahan Sultan Assayaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifudiin pada tahun 1889 dengan nama Istana Asseraiyah Hasyimiah.
Bangunan ini bahkan menghadirkan arsitektur yang unik dan menarik dengan mengkombinasikan seni arsitektur budaya Melayu, Arab dan Eropa.
Sayangnya, pemerintahan kerajaan ini sempat menyusut karena pengaruh Kolonial Belanda. Namun, kerjaan ini ikut mengibarkan bendera merah putih di Istana Siak ketika Negara Indonesia mulai diproklamasikan.
Baca Juga: Jadi Pusat Perdagangan Penting, Ini Sejarah Kerajaan Malaka
Sultan Syarif Kasim Tsani akhirnya berangkat ke Jawa menemui Bung Karno dan menyatakan bergabung dengan Republik Indonesia.
Tentunya, sejarah Kerajaan Siak menghadirkan masa kemunduran secara terhormat. Sultan Syarif Kasim Tsani yang memerintah Kerajaan Siak mendapatkan gelar kehormatan pahlawan sebagai Pahlawan Nasional Republik Indonesia. Selain itu, tekad untuk mengidentifikasikan diri dengan Indonesia menjadikan wilayah Kewedanan Siak berubah status menjadi Kecamatan Siak.
Peninggalan Kerajaan Siak
Peninggalan yang masih terawat dan terjaga hingga saat ini adalah istana megah yang dibangun pada tahun 1889. Tempat ini bahkan terlihat sangat megah dari luar hingga dalam.
Terdapat burung elang menyambar dengan mata tajam di pintu gerbang istana. Menariknya, hiasan burung elang tersebut terbuat dari perunggu dan didekorasi dengan 4 pilar istana di bagian puncak.
Burung elang yang dihadirkan pada pintu masuk istana ini pada dasarnya merupakan simbol atau tanda kebesaran Kerajaan Siak. Simbol tersebut dapat menunjukkan keberanian dan kegagahan Kerajaan Siak pada masanya.
Tempat ini bahkan dihadirkan dengan 5 ruangan besar yang memiliki fungsi sebagai ruang tamu untuk lelaki dan wanita, ruang pesta, upacara adat, hingga penjamuan makan.
Jika Anda mengunjungi Istana Asseraiyah Hasyimiah ini, terlihat jelas sejarah Kerajaan Siak yang membara pada zamannya. Tempat ini bahkan banyak menyimpan barang koleksi sebagai pendukung masa keemasan Kerajaan Siak.
Terdapat mahkota berlapis emas dengan taburan permata, kursi penuh ukiran dengan bahan kuningan emas maupun bendera kuning keemasan. Selain itu, tempat ini juga menyimpan senjata dan benda kerajaan yang pernah digunakan pada masanya.
Terdapat tombak, keris, alat nobat, cermin mustika, meriam, lampu kristal, barang keramik, patung perunggu hingga berbagai benda yang digunakan untuk upacara. Tempat ini bahkan menyimpan payung kerajaan yang berlambang naga serta kalimat Allah dan Muhammad.
Itulah beberapa kisah tertuang dalam Kerajaan Siak. Pasalnya kerajaan ini dimulai setelah terjadi perang saudara dalam rangka memperebutkan Kerajaan Johor. Meski demikian, kekalahan kedua belah pihak membuat Raja Kecil membangun kerajaan ini yang berlokasi di Pulau Sumatera untuk menghadirkan sistem pemerintahan yang sejahtera. (**)