BERKAH SEKANTING BERAS (2)
Sepulang Abah Karjo ke rumahnya, Mira juga segera menutup pintu. Di lihatnya jam dinding sudah menunjukkan pukul 6 sore. Tinggal beberapa menit lagi adzan Maghrib akan berkumandang. Mira khawatir mengingat suaminya jam segini belum juga pulang. Biasanya ia pulang paling lambat jam 5 sore.
“Ma, kenapa melamun?” Putri Mira
yang bernama Alea itu membuyarkan lamunannya. Ia g4dis yang imut, usianya baru 6 t4 hun. Alea memiliki adik laki-laki. Namanya Bian. Sekarang baru berusia 4 t4 hun.
"Eh, nggak apa-apa kok! Ade mana?" Perasaan Mira tadi Bian utama sama Alea.
“Di kamar ya Ma, lagi belajar menggambar.” Alea memang sering bermain sama adiknya di waktu sore hari. Adiknya paling gemar mencoret buku kakaknya.
“Kok, kaka’ tinggalin ade sendiri di kamar.” Mira protes sama putri sulungnya.
"Habis kakak nggak enak mama nggak ada di kamar. Mama keluarnya lama banget," balas Alea bersungut. Bibirnya maju dua centi. Hal itu membuat Mira gemas melihat putri sulungnya juga ia mencvbit pipi gembul Alea.
“Aduh, s4kit dong, Ma,” rintih Alea sambil memegangi pipinya.
"Habis mama gemes banget sih." Mira masih mengg0da putrinya sambil tertawa.
"Yuk, masuk bentar lagi mau mahgrib. Ajak ade bareng ambil wudhu. Nggih!" titah Mira.
Alea juga mendekati adiknya di kamar. Mengajaknya untuk mengambil wudhu. Sedangkan Mira mempersiapkan sajadah untuk memulai sholat Maghrib.
Terdengar Adzan Maghrib dari TOA masjid berkumandang. Hati Mira semakin gelisah. Tak seperti biasanya jam segini suami belum juga pulang.
"Udah, Ma. Mama udah ambil wudhunya?" Alea datang menghampiri adiknya. Mereka sudah siap untuk melakukan sholat. Alea membantu adiknya mengenakan sarung dan peci. Lalu ia pun mengenakan mukenanya.
“Iya, bentar. Mama ambil wudhu dulu ya.”
Mira memindahkan ke kamar mandi untuk mengambil wudhu.
Dan akhirnya mereka pun melaksanakan sholat maghrib berjamaah berjamaah. Biasanya mereka berjamaah berempat. Papa Alea yang menjadi imamnya.
Usai sholat, Mira merapikan perlengkapan sholat. Tak lupa ia membimbing an4k-an4knya belajar mengaji. Kebiasaan ini sering ia lakukan bersama suami selama 8 tahun pernikahan mereka. Suami Mira namanya Farhan. Selama 8 tahun Mira hidup bersama Mas Farhan, ia sangat bersyukur. Ia dikaruniai Dua bu4h hati yang sehat dan penurut. Memunyai suami yang bertanggung jawab dan jujur.
Pekerjaan suami hanyalah tukang kenek angkutan umum kota. Namun, meski begitu Mira sangat menghargai pekerjaan suaminya. Apalagi ia selalu bersyukur berapapun pengh4silan suaminya. Suaminya selalu jujur ??memberikan uang kebutuhannya. Dan Alhamdulillah selama 8 tahun pernikahan hidup Mira dan kedua anaknya tak pernah kekurangan. Intinya, selalu bersyukur. insyaAllah Allah akan selalu mencukupkan rez3ki kita.
“Ma, kok papa belum pulang ya?” Mira tersentak dalam lamunannya kala putri sulungnya menanyakan papanya yang belum pulang.
"Sabar ya, sayang. Bentar lagi papa pulang. Kaka doain aja, biar papa segera pulang." Mira meng3lus pucuk kepala putri sulungnya. Dia mengerti perasaan Alea. Bagaimana perasaan Alea, Sama dengan perasaannya saat ini.
“Ade, udah belum ngajinya?” Mira juga memangku putra bungsunya yang berus ia 4 ta hun itu. Meski baru berusia 4 ta hun putra bungsunya ini sudah lancar dalam mengaji. Sekarang ia sebentar lagi tamat dari iqra' 1.
Mira sungguh bangga pada an4k-an4knya. Selama 8 tahun pernikahan, an4k-ana4knya selalu mau belajar dan tumbuh dengan cerdas.
"Udah, Ma,. Tadi bareng sama kakak. Mama lihat nggak waktu ade ngaji tadi?" Bian putra bungsunya itu berbicara dengan muka polosnya. Ia selalu semangat apapun kegiatan yang dilakukannya. Apalagi itu bareng sama kaka'nya.
“Iya dong sayang, tentu mama lihat kok,” balas Mira sambil mencivmi pipi tebem Bian.
“Ade pintar banget, siip,” sambil tersenyum Mira memuji putra bungsunya tak lupa ia acungkan jari jempolnya buat Bian atas apresiasi tindakan semangatnya.
"Oh iya. tadi habis sholat ade sama kakak baca doa apa? Masih ingat kan doa untuk ibu bapak?" Mira mengulangi pembicaraan yang biasa ia bicarakan pada ak-an aknya setiap usai sholat. Bukan hanya doa ibu bapak tetapi juga doa lainnya seperti doa mohon keselamatan dunia dan akhirat, doa tuntutan ilmu dll. Hal itu Mira biasa membimbing mereka sejak dini agar hidup mereka selalu berpegang pada agama.
“Tentu ingat dong, Ma.” Alea menjawab dengan mantap. Mira tersenyum. Perlahan Alea tidak lagi menanyakan papanya yang belum pulang. Mira tak ingin melihat hati an4knya sedih karena menunggu kepulangan papanya yang tak datang tiba.
"Kalau ade gimana? Masih ingat nggak?" tanya Mira beralih ke putra bungsunya.
Bian mengangguk mantap.
"Coba ade ucapkan doanya, mama mau mendengarnya dong," lanjut Mira diiringi senyum menggoda.
Bian juga membacakan doa seperti yang diminta mamanya.
“Allahumma firli waliwalidayya warhamhuma kama robbayana shaqiro.” Bian melafalkan dia tersebut dengan Fasih.
“Pintarnya anak mama,cup cup.” Mira haru sambil mencium putra kecilnya bertubi-tubi.
Tok tok tok!
Saat sedang asyiknya bercanda, tiba-tiba pintu depan di ketuk.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
"Ma, itu suara papa. Yeay, papa pulang! Ayo cepat kita buka pintunya!" seru Alea Girang. Begitupun adenya. Ia sampai jingkrak-jingkrak senangnya bukan main.
Alea dan Bian langsung berlari membuka pintu untuk menyambut kepulangan papanya.
“Yeay, papa pulang! Ayo masuk, Pa.” Alea dan Bian mencium tangan papanya dengan takzim. Kemudian menggandeng tangan papanya masuk ke dalam. Farhan tertawa melihat tingkah lucu anak-anaknya. Rasanya menyenangkan di sambut anak-anak yang menggemaskan. Baginya semangat anak-anak adalah semangatnya. Melihat kebahagiaan mereka seketika rasa lelah dan capek seharian bekerja hilang begitu saja.
Mira mendekati Farhan lalu mencium tangannya. “Baru pulang, Mas.” Mira memandang suaminya. Ada gurat kelelahan membingkai wajah tampannya.
“Iya, Ma. Tadi mobil sopir papa mogok.” Farhan mendudukan pantatnya di kursi makan di dapur.
“Kakak dan ade, kalian main di kamar ya,” titah Mira kepada kedua anaknya.
Alea dan Bian pun akhirnya manut.
Usai an ak-an aknya berlalu, Farhan kemudian mengangkut mandi. Sementara Mira membikin kopi untuk Mas farhan.
*******
Selesai makan malam bersama, ana ka nak langsung tidur.
Sementara Farhan dan Mira masih duduk di kursi meja makan di dapur.
“Dek, maafkan Mas, hari ini Mas belum membawa pulang uang.” Farhan memulai pembicaraan. Wajahnya memandangi gelas kopi yang sebentar lagi habis.
"Iya, Mas. Nggak apa-apa kok. Mungkin belum rejekinya kita hari ini." Mira berusaha menyemangati suaminya walaupun akhirnya hatinya pun kecewa. Karena ia pun sangat membutuhkan uang untuk kebutuhan makan esok hari. Namun ia akan berusaha menerima dengan sabar.
"Ma."
"Iya, Dek. Ada apa?"
"Hemm, ada yang ingin aku katakan dengan jujur ??sama Mas, tapi ...." Mira ragu untuk memulai menjelaskan.
"Iya, katakan saja, Dek. Nggak usah ragu." Farhan seolah-olah memahami isi pikiran istrinya.
Mira akhirnya menjelaskan semua kejadian Anah Karjo yang datang memin jam beras sore tadi. Mira ceritakan semua keikhlasannya memberi Abah Karjo. Dan terakhir dengan habisnya beras yang ia stok untuk makan esok pun tak lepas dari kejujurannya.
“Mas, lalu bagaimana dengan besok?”
Sudah tamat di KBMApp.
Judul : Berkah Secanting Beras.
Nama pengguna Ari Puspa Irma.
Klik tautan
Berkah Secanting Beras ( TAMAT ) - Ari Puspa Irma
Mira adalah seorang ibu rumah tangga yang berhati mulia. kehidupannya bisa dibilang pas-pasan. nama...
(***)