ARYA DAMAR



Arya Damar yang dibahas dalam bahasan ini adalah Arya Damar II, bukan Arya Damar I (Adityawarman) yang dikisahkan berkiprah dalam Invasi ke Bali (Pa-Bali). 


Menurut catatan Kronik Cina di Kuil Sam-Po-Kong, bahwa tokoh yang menjadi Ayah angkat dari Jin Bun (Hasan/Raden Fatah) nama Cinanya adalah Swan Liong. Pada mulanya Swan Liong adalah orang yang ditugasi Raja sebagai Komandan atau Kepala Pabrik Mesiu dan Meriam di Semarang sebelum akhirnya ditugaskan menjadi Adipati Palembang. 


Selanjutnya, masih dalam catatan Kuil Kronik Cina Sam Pokong, disitu juga disebutkan bahwa “Swan Liong” adalah putra Raja Majapahit yang bernama Hyang Wisesa. 


Jika ditelusuri lebih lanjut, maka satu-satunya Raja Majapahit yang disebut Hyang Wisesa menurut Slamet Mulyana adalah Wikramardhana, yaitu suami dari Kusumawardani, yang bertahta pada tahun 1389 hingga 1427 Masehi.


Dalam Naskah Kronik Cina Kuil Sam-Po-Kong juga disebutkan bahwa "Swan Liong dilahirkan dari seorang Ibu yang berdarah Cina, dengan demikian maka tokoh ini dipastikan sebagai tokoh peranakan".


Arya Damar atau Swan Liong dipindahkan ke Palembang terjadi pada tahun 1433, ini berarti Arya Damar dijadikan sebagai Adipati Palembang terjadi ketika Majapahit diperintah oleh Rani Suhita, Saudara tiri Arya Damar sendiri, karena Rani tersebut adalah anak dari Wikramardhana dari ibu lain. Masa Pemerintahan Rani Suhita sendiri dimulai dari tahun 1427 hingga 1447, pada masa ini jelas Wikramardhana/ Hyang Wisesa telah wafat.


Ketika Bre Kertabumi naik tahta rupanya Arya Damar masih berkiprah dengan baik di Palembang, oleh karena itu tidak ada kejutan jika dalam naskah-naskah babad kemudian dapat dijumpai cerita mengenai Brawijaya (Maksudnya Bre Kertabumi) yang mengirimkan salah satu selir Cinanya untuk dihadiahkan ke Arya Damar.


Dalam catatan Babad Tanah Jawi selir itulah yang kemudian melahirkan Raden Patah dan Raden Husain. Pengiriman wanita ini jelas wajar mengingat orang-orang Peranakan Cina pada umumnya membutuhkan pasangan dari Cina juga.

 

Dipilihnya Arya Damar sebagai Adipati Palembang tentu mempunyai alasan tersendiri, karena waktu Itu Palembang merupakan salah satu pangkalan barat angkatan laut Majapahit di luar Jawa. Sehingga memerlukan Pimpinan yang paham betul soal senjata, terutama Meriam dan Mesiunya.


Selain itu di Selat Malaka juga terdapat banyak bajak laut Cina yang memerlukan penanganan persuasif, sehingga cocok bagi Majapahit jika di wilayah itu diangkat seorang pemimpin berdarah Cina. Maka pas juga sebagaimana dalam Berita Kronik Cina itu bahwa selepas diangkatnya Arya Damar menjadi Adipati Palembang seorang tokoh Cina bernama Gang Eng Chu melantik Arya Damar sebagai kapten mereka, tokoh ini ada kemungkinan terlebih dahulu Pimpinan Bajak Laut Cina yang beroperasi di Selat Malaka.


(***)