SANTET GANAS



"Apa benar yang kau pinta itu?"

Ki Jamrong tatap tajam mata Rudy.


"Iya Ki, saya ingin Ki Jamrong menyantet ayah saya." Rudy agak berbisik.


"Kenapa? kenapa kau malah ingin menghilangkan ayahmu sendiri?"


"Karna aku benci dia! membayangkan saja Ki, dia itu laki-laki mata keranjang! hidung belang! sampai-sampai pacarku dia sikat juga! dia adalah penjahat kelamin!"


“Iya, iya, iya, aku tau yang kau rasakan Nak, jadi kau ingin melampirkan ayah kandungmu karna sakit hati.” Ki Jamrong manggut-manggut sambil mengusap janggutnya yang telah memutih.


"Iya Ki, dan setelah itu saya bisa menguasai hartanya, karna sayalah anak satu-satunya, jadi semua harta warisannya adalah milik saya seutuhnya."


"Sebelumnya akan saya ingatkan, santet yang saya miliki ini adalah santet paling ganas dan tak ada obatnya, malam ini saya kirim, besok pasti meninggal, mikir lagi sebelum kamu menyesal Nak."


"Saya tak akan menyesal Ki, tak akan menyesal."


"Dan mahar untuk santet ini sangat mahal, apa kamu sanggup?"


“Saya akan sanggupi Ki, berapa pun bayarannya.”


"Bagus, sekarang kamu siapkan uang dua puluh juta tunai, lalu persyaratan lainnya adalah, ayam cemani, lintah Lanang, kuku jari kaki kiri kucing hitam jantan."


"Siap Ki, aku akan menyiapkannya sekarang juga."


"Baik, dan jangan lupa ikan asin cucut yang sekilonya empat puluh ribu, kamu bisa beli sama bang Ahmad Mustopa."


“Itu syaratnya juga Ki?”


"Iya, itu syaratnya agar aku bisa makan enak, karena kalau laper aku susah nyantet orang."


Rudy pun pergi mencari semua syarat yang harus ia penuhi.


Malamnya Rudy datang kembali dengan semua persyaratan dan tanpa banyak cerita, Ki Jamrong pun melakukan ritual untuk menyantet ayah Rudy.


"Kamu bawa rambut ayah mu?"


“Tidak Ki, kan tadi Ki Jamrong ga minta.”


"Iya lupa saya, sudah ga masalah, pakai rambut dan darah kamu aja."


"Lah nanti aku yang kena santet dong Ki?"


“Tenang, santet itu ga akan nyasar, dengan rambut dan darah kamu santet ganas ini akan langsung menerjang ayah kamu, percayalah.”


Setelah ritual selesai.


"Besok kamu datang lagi kesini, untuk ritual akhir, agar Jin Qorin dari ayahmu itu ga menghantui kamu."


“Baiklah Ki.” Rudy mencium tangan Ki Jamrong dan pulang ke rumahnya.


Esok siangnya Rudy kembali ke rumah Ki Jamrong.


“Bagaimana hasilnya?”


"Sobirin ayah saya ga mati Ki! tapi Jamal tukang kebun kami semalam muntah darah dan mati, ternyata santet Ki Jambrong salah sasaran!"


"Nak Rudy, santet ganas saya itu ga pernah salah sasaran karena itu berdasarkan kesesuaian DNA yang ada di darah dan rambut kamu, jadi kemungkinan besar Bapak kamu itu bukan Sobirin tapi Jamal."


Rudy langsung ambruk menerima kenyataan pahit hidupnya itu.


Tamat.


(***)