ISTRI SAH RASA SELINGKUHAN

"P3mbantu kur4ng aj4r. Berani ngelawan ya! Pergi kamu sekarang juga!" Devita makin murka.


Dalam keadaan terdesak, Gemi terpaksa mengungkapkan jati dirinya. "Kamu tidak memaksaku karena aku istri sah dari Mas Dewa. Kamu yang seharusnya pergi!"


************


Sebelum pukul sepuluh malam Gemi sudah kembali ke rumah sesuai izin yang diberikan suaminya. Kelelahan membuat gadis desa itu lekas tertidur setelah membersihkan badan. 


Dalam keadaan lelah Gemi masih sempat mengoleskan krim malam untuk memberikan Haris ke seluruh wajahnya. Noda hitam bekas jerawat sudah mulai tersamarkan meski belum menghilang sepenuhnya. Wajahnya sudah terlihat lebih cerah. Semua butuh proses, tidak ada yang instan. 


Pukul tiga dini hari Gemi terbiasa bangun untuk melakukan Sholat Tahajud. Setelah mengucap salam, Gemi mendengar suara deru mobil yang berhenti tepat di depan rumah. Ia pikir Sadewa pulang lebih cepat dari jadwal. 


Masih mengenakan mukena, konstruksi Gemi melangkah ke depan sambil membawa kunci pintu pagar. Sebelum membuka pintu, Gemi menyibak tirai jendela, mengintip keluar untuk memastikan bahwa itu betulan mobil Sadewa bukan mobil tetangga depan rumahnya, majikannya Siti.


Gemi terbelalak saat melihat pemandangan yang terpampang nyata di depan matanya. Bukan Sadewa yang pulang melainkan Devita. Yang membuat Gemi syok, istri siri Sadewa itu pulang dengan diantarkan seorang lelaki berusia matang seperti om-om.


Gemi masih ingat betul wajah pria berkumis tipis itu sama dengan yang dilihatnya saat di pusat perbelanjaan bersama Haris semalam. Devita terlihat genit, cipika-cipiki dan berpelukan dengan lelaki itu.


Siapakah lelaki itu? Apa Devita berselingkuh? Berbagai pertanyaan memenuhi pemahaman. Tidak ingin ketahuan, Gemi buru-buru balik ke kamarnya saat Devita sudah berjalan menuju teras rumah. Gemi tidak perlu membuka pintu karena Devita membawa kunci cadangan.


Di dalam ruangan, Gemi masih menenangkan dirinya yang masih syok. Ia tidak menyangka perilaku Devita begitu murahan. Ia merasa kasihan dengan Sadewa yang mencintai Devita dengan tulus. Namun, ketulusan cintanya dibalas dikhianati.


Gemi bimbang antara ingin mengadukan perselingkuhan Devita kepada Sadewa atau membiarkan saja pura-pura tidak tahu. 


Gemi kasihan bila Sadewa terus dibohongi dan dikhianati oleh Devita. Wanita cantik itu seperti memanfaatkan kebaikan suaminya. Bila Sadewa marah dan langsung menceraikan Devita, itu akan menguntungkannya. Devita akan tersengkir dari kehidupan suaminya.


Gemi lelah seperti menjadi istri simpanan, padahal ia adalah istri sah. Bila Sadewa marah lalu menceraikan Devita, itu tidak menguntungkan baginya. Ia tidak mempunyai saingan lagi untuk mendapatkan cinta dari Sadewa. 


[Mas Dewa, Devita baru pulang diantarkan seorang lelaki.] 


Gemi akhirnya mengadukan kelakuan Devita saat itu juga sebelum ia berubah pikiran. Ia hanya kasihan Sadewa yang naif terus dibohongi Devita yang seperti pandai bersandiwara. 


Menjelang sore terdengar deru mobil masuk garasi rumah. Devita berlari-lari kecil meyongsong kehadiran suaminya.


"Maaas, aku kangen!" Devita bergelayut manja di lengan suaminya. 


“Aku lelah,” balas Sadewa sambil menepis tangan Devita membuat perempuan cantik itu mencerminkan kedua identitas, lalu dengan sikap dingin suami.


Sadewa menjadi kesal dengan Devita karena mendapatkan aduan dari Gemi bahwa istrinya pergi dengan lelaki lain saat dia tidak ada di rumah.


Gemi tersenyum saat mengeluarkan kopor dari bagasi mobil merasa puas, Sadewa percaya apa yang ia katakan. Sikapnya berubah dingin terhadap Devita.


Sadewa duduk menyandarkan tubuhnya di sofa. Fisiknya lelah setelah pulang dari perjalanan ini. Namun, batinnya sakit mengingat aduan Gemi bahwa Devita pergi dengan lelaki lain saat ia tak ada di rumah.


"Mas, kamu kenapa bertanya, gitu? Capek ya? Mau kupijat?" Devita langsung memegang kedua bahu suaminya itu.


Sadewa mencengkal pergelangan tangan Devita, menyingkirkan bahunya, "Nggak usah!" 


"Mas Dewa kenapa pulang-pulang kok dingin begini. Aku kesel tau. Dari tadi dikacangin." Devita marah dengan penolakan dan sikap dingin Sadewa kepadanya.


"Siapa lelaki yang bersama kamu saat aku tidak ada di rumah?" Sadewa bertanya karena sudah tidak tahan lagi.


“Lelaki yang mana?” Devita mencoba menyangkal.


"Lelaki yang jalan ke mal sama kamu. Juga lelaki yang mengantarkanmu pulang. Apa pantas seorang perempuan bersuami pulang dini hari dengan diantarkan oleh lelaki lain saat suaminya sedang tidak ada di rumah?" Sadewa akhirnya meluapkan semua kemarahan yang sempat ditahannya.


“Mas tahu dari mana?” Devita terperanjat, suaminya bisa mengetahui semua.


"Jadi benar yang kukatakan salah? Kamu tidak menyangkalnya. Tak penting aku bisa tahu darimana. Informasi itu memang benar?"


"Iya bener. Lelaki itu omku yang baru datang dari Australia. Terserah Mas Dewa percaya atau tidak," Devita berusaha menyangkal dengan membuat berita bohong. 


"Aku lelah, mau istirahat." Sadewa sepertinya mulai ragu. Ia percaya lelaki itu pamannya Devita.


Setelah Sadewa masuk kamar dan menutup pintu, Devita melangkah menuju kamar kecil di dekat dapur. Kamar pembantu yang kini ditempati Gemi. Devita tanpa izin langsung mendobrak pintu.


"Hei, pembantu udik! Pasti kamu 'kan yang mengadu ke Mas Dewa?" hardik Devita dengan sorot mata menyala.


"Iya." Gemi tidak menyangkal dan mengakuinya.


"Pembantu kurang terbuka! Pergi kamu dari sini. Aku tidak butuh pembantu tukang adu." Dengan kejam Devita mendorong tubuh Gemi hingga perempuan bertubuh sedikit gemuk itu jatuh terjengkang di atas kasur. 


Tidak puas Devita melayangkan tangannya dan menampar Gemi.


"Cukup, Devita!" Gemi memegang tangan Devita yang hampir mengenai pipinya.


"Pembantu kurang terbuka. Berani ngelawan, ya! Pergi kamu sekarang juga!" Devita makin murka.


"Kamu tidak memaksaku karena aku istri sah dari Mas Dewa. Kamu yang seharusnya pergi!" Gemi terdesak. Tidak tahan dengan kelakuan Devita yang sudah di luar batas, akhirnya ia mengungkapkan jati dirinya yang sebenarnya. 


Gemi tidak menyangka Sadewa akan marah. Kali ini gadis desa itu ingin egois, hanya memikirkan dirinya sendiri. Ia lelah bersandiwara.

Ia lelah selalu mengalah dan teraniaya oleh sikap kasar Devita.


"Apa? Mimpi kamu! Mas Dewa mana selera sama perempuan udik, jelek, item, gendut pula." Devita tertawa mengejek. 


Gemi membuka tasnya mengambil sesuatu dari dalam tasnya. 


"Ini buktinya!" 


Devita segera merebut buku kecil dengan sampul burung Garuda dan tertulis Buku Nikah. Wanita cantik itu syok setelah melihat ada foto Sadewa dan Gemi di buku nikah.


"Sebagai istri sah, aku lebih berhak tinggal di rumah ini daripada kamu, Devita!"


"Aku yang dinikahi lebih dulu. Mas Dewa nikahi kamu itu karena terpaksa. Mas Dewa cinta mati sama aku. Jangan ngimpi bisa dapetin hati. Dasar pelakor!" Devita melemparkan buku kecil itu ke sembarang arah, lalu pergi. Ia akan meminta penjelasan dari Sadewa merasa telah dikhianati dan dibohongi selama ini. (Bersambung)



Judul: ISTRI SAH RASA SELINGKUHAN 

Penulis: Estriana Tamsir


(***)