Keunikan Pulau Ular Bima, Pulau Hunian Ribuan Ular Berbisa yang Jinak

Pulau Ular merupakan salah satu pulau yang terletak di Bima, Nusa Tenggara Barat. Seperti namanya, Pulau Ular dihuni oleh ribuan ular dari berbagai jenis. 

Terdapat berbagai legenda asal-usul ular yang menempati pulau ini. Versi pertama, konon pada masa Kerajaan Bima ada peperangan antara Kerajaan Flores dan Kerajaan Bima. Hingga membuat Raja Bima murka dan mengutuk para musuhnya menjadi sebuah ular. Hingga membuat seluruh isi kapal menjadi ular dan kapalnya menjadi batu.

Menurut versi lain, Pulau ular berasal dari kapal penjajah bangsa Portugis. Dimana kapal mereka berubah menjadi batu besar di Pulau Ular, dan isinya yang terperangkap berubah menjadi ular. Kemudian tiang kapal berubah menjadi pohon kamboja. 

Berdasarkan kepercayaan masyarakat sekitar, ular-ular yang tinggal di Pulau Ular merupakan ular jelmaan. Mitos yang di percaya siapapin yang membawa pulang ular dari Pulau Ular akan mendatangkan petaka.

Meskipun menjadi terkenal dengan habitat ular, nyatanya ular-ular yang tinggal di Pulau Ular ini jinak. 

Para pengunjung yang datang ke Pulau Ular dapat berinteraksi dengan ular-ular yang ada di sana.

Sebab, ular-ular yang berwarna hitam putih tersebut sangat jinak selagi mereka tidak merasa terganggu.

Selain memiliki keunikan dengan menjadi habitat ular, Pulau Ular juga memiliki pemandangan alam yang eksotis.

Pemandangan air laut yang berwarna biru di tambah dengan pepohonan ilalang yang tumbuh lebat membuat pemandangan alam semakin cantik.

Dari atas tebing, pengunjung dapat melihat keindahan Gunung Sangeang yang mempesona.

Keunikan lain dari Pulau Ular adalah adanya sumber mata air tawar. Lokasinya yang berada di pesisir pantai sehingga akan hilang ketika air laut pasang.

Meskipun sumber air telah tercampur dengan air laut, uniknya sumber air tersebut tetap memiliki rasa tawar. Masyarakat setempat menyebutnya dengan nama Oi Ca’ba.

Untuk menuju Pulau Ular terdapat beberapa jalur alternatif. Pertama melalui jalur darat dari Terminal Dara ke Terminal Tawali di Wera. Kemudian menaiki ojek ke menuju ke Desa Pai.

Jalur alternatif lain menggunakan perahu nelayan. Namun harus bersama rombongan yang berisi sekitar 5-8 orang. (***)