KENTRUNG
Kentrung adalah sebuah kesenian yang menyebar di Indonesia terutama di pantai utara Jawa.
Kesenian ini berkembang pesat di wilayah Semarang, Pati, Jepara, hingga Tuban di Jawa Timur.
Kentrung di kenal juga dengan nama Kentrung Bate.
Di namakan kentrung Bate karena berasal dari desa Bate, kecamatan Bangilan, kabupaten Tuban, Jawa Timur.
Kentrung Bate pertama kali dipopulerkan oleh Kyai Basiman di era penjajahan Belanda tahun 1930-an.
Kata kentrung sendiri berasal dari kata Ngre'ken dan Ngantung.
Ngre'ken berarti menghitung, sedangkan Ngantung berarti berangan-angan.
Kedua kata tersebut digabungkan menjadi satu padan kata yang baru yaitu Kentrung.
Maksud dari perpadanan kata tersebut adalah mengatur suatu peristiwa dengan berangan-angan.
Ada juga beberapa orang yang mengatakan kentrung berasal dari kata Kluntrang-kluntrung yang artinya pergi dan mengembara kesana kemari.
Pemaknaan yang terakhir ini lebih masuk akal,di mana seni kentrung sejatinya berkaitan dengan seni mendongeng kuno yang di sebut Pamancangah.
Sampai akhir Majapahit para tukang dongeng yang berkeliling menjual jasa mendongeng yang di sebut Pamancangah Menmen atau Pamancangah Hamen yang berarti tukang dongeng keliling yang sama maknanya dengan kluntrang-kluntrung.
Seni tradisional kentrung atau biasa di kenal dengan Pakem Kentrung yang menggunakan kisah-kisah Timur Tengah di anggap berasal dari tradisi mendongeng dari Arab, Persia, dan India.
Masuknya seni kentrung tradisional ini dibawa oleh wali songo sebagai media dakwah penyebaran agama Islam di Indonesia.
Salah satu pembawa seni kentrung tradisional adalah Sunan Kalijogo.
Beliau menyebarkan kesenian ini di wilayah Tulungagung, Kediri, Nganjuk, Jombang, Tuban hingga menyebar ke seluruh pesisir utara Pulau Jawa.
Pada awalnya, seni tradisional mendongeng hanya di pentaskan di acara-acara penting kerajaan saja.Namun, karena Islam tidak mengenal kasta dan perbedaan antar sesama manusia, akhirnya masyarakat awampun bisa menikmati pementasan kentrung secara bebas dan terbuka.
Pertunjukan Kentrung.
Kentrung merupakan kesenian sastra lisan tradisional yang mewujudkan sarana komunikasi rakyat melalui simbol-simbol.
Komunikasi yang di sampaikan merupakan ungkapan melalui kritik dan pesan moral yang di kemas halus dengan bahasa kentrung.
Simbol yang di gambarkan lewat penokohan dan kehidupan masyarakat.
Selain itu,juga tentang politik,ekonomi,idiologi,sosial,budaya dan keamanan.
Pertunjukan Kentrung di mainkan oleh dalang dan panjak yang mendongeng tanpa menggunakan wayang.
Musik yang mengiringi kendang dan tamburin serta instrumen lain seperti jidor,terbang, Templeng dan gong.
Seni tutur yang sering tampil “lesehan” tersebut di TV digunakan sebagai media penyambung lingkar sejarah rakyat khususnya Islam yang berkembang di Jawa.
Kesederhanaan tampilan dengan menggunakan bahasa Indonesia dan dialek daerah yang mudah di mengerti sehingga cerita mudah di terima masyarakat,khususnya masyarakat menengah ke bawah.
Sepanjang pementasanya Kentrung hanya di isi oleh seorang dalang yang merangkap sebagai penabuh gendang dan di temani oleh penyenggak.
Personil memegang alat musik jidor,ketipung/kempling/timplung,dan kendang.
Pada jaman dahulu,pemain kentrung hanya duduk mendengarkan ki dalang bercerita dan terkadang pemain lainnya “nembang”, “parikan”,dan berpantun.
Dalam perkembangannya pemain kentrung sudah bisa berekspresi memerankan tokoh seperti pemain ludruk dan kesenian ketoprak.
Kentrung saat ini banyak dijumpai di Jawa Tengah dan Jawa Timur khususnya di daerah pesisir timur selatan. Selain itu, juga terdapat di sentra daerah, misalnya Surabaya, Jember, Pasuruan, Bojonegoro, Lamongan, Kediri, Nganjuk, dan Jombang.
Pada jaman sekarang,kentrung sering dimanfaatkan masyarakat dalam hajatan dan pesta.
Misalnya khitanan,perkawinan,tingkepan, boyongan rumah,ataupun ulang tahun istansi.
Tetapi dalam perkembangannya kentrung bisa untuk dialog interaktif dalam seminar di perguruan tinggi dan sekolah-sekolah tertentu.
(***)