IKN, Kami Datang..



Sesuai rencana, 16 September pukul 09.00, kami berangkat ke Sepaku, Penajam Paser Utara menuju lokasi IKN. 
Alhamdulillah, ibu Kepala Dinas Pariwisata Kaltim, ibu Ririn Sari Dewi telah mengajukan izin ke PUPR dan otoritas IKN untuk 10 orang. Sehingga kami bisa berombongan dalam dua mobil. Saya semobil dengan Kadispar bersama staf, sementara mobil kecuali diisi alumni. Jarak yang kami tempuh 125 km, seperti Jombang-Malang lewat Mojosari.
 
Dari jarak tersebut, yang 65 km via jalan tol Samarinda-Balikpapan, turun di gerbang Samboja. Bila tol Jatim, saya biasanya melewati diri untuk istirahat. Karena putarannya halus dan rata sehingga laju mobil bisa lebih nyaman. Tapi di sana, saya sulit tidur. Jalannya memang halus, numun karena kontur tanahnya yang bergerak, menjadikan permukaan aspal tidak rata, bergelombang. Seperti melewati jalan perumahan yang banyak polisi tidurnya. Sementara para pengemudi dan penumpang di Kaltim, Tampaknya sudah terbiasa dengan kondisi seperti itu. Alhasil, meski jalan rusak, tetap saja melaju di atas 100 km/jam. Begitu pulalah driver Pajero nopol KT-36 yang saya tumpangi. Maka tidak ada pilihan lain, kecuali saya harus menikmatinya dengan suka cita.

Sekira jam 11.40, kami sampai di rest area IKN yang terletak di seberang Titik Nol yang sudah dibongkar. Di situlah semua pengunjung mobil harus diparkir untuk kemudian penumpangnya diangkut bus ulang-alik ( shuttle bus ) menuju kawasan istana presiden. Kebetulan saat itu merupakan hari pertama dibukanya IKN untuk umum.  

Kami berhenti sebentar. Menunggu pengawalan dari satgas IKN. Karena hanya pengunjung mobil yang berizin yang boleh masuk. 
Dengan kawalan seorang tamtama riding trail, kami memasuki lokasi IKN yang memutar berkelok-kelok dan naik turun mengikuti kontur tanah pegunungan. Jarak yang kami tempuh dari rest area ke istana sekira 3 km. 

Di kiri-kanan jalan dengan 6 lajur kendaraan itu, terdapat kawasan hijau dan lahan yang siap bangun serta gedung-gedung dalam proses penyelesaian. Saya tak membayangkan seluas itu areanya. Karena selama ini, yang terlihat di medsos hanya fokus pada istana dengan ornamen garudanya yang menunduk. Sehingga ada yang mengatakan : garuda itu harusnya berdiri tegak. Masak menunduk seperti kelelawar gitu. Padahal kalau dilihat dari dekat, yang tampak adalah seekor burung garuda dengan sikap melindungi istana negara di dada dengan kepala dan sayapnya seperti sedang memberi rasa aman pada yang dilindunginya.
  
Dari depan istana, saya melanjutkan pendakian ke Taman Kusuma Bangsa yang berjarak kira-kira 500 m. Taman dengan 2 patung proklamator yang masing-masing dilatarbelakangi sayap terpisah.
Di antara kedua sayap itulah nun jauh disana tampak istana garuda yang diantarai 3 plasa : Plasa Seremoni, Sipil dan Bhinneka. Yang ketiganya tercakup di kawasan Sumbu Kebangsaan.

Di taman Kusuma Bangsa saya bertemu rombongan kafilah MTQ dari Sulawesi yang kemarin baru mengikuti MTQ Nasional ke 30 di Samarinda. Mereka sibuk berfoto bergantian. Dengan beragam latar belakang.  
Ada seorang perempuan, wajahnya mirip Alysa Subandono (sepertinya peserta dewasa) yang sedang bikin vlog sambil berkata : “Gaeess.. aku di IKN... subhanallaah.. indah sekali calon ibu kota kita ini... baru calon saja sudah indah, apalagi kalau sudah jadiaaann... heheh.. iyah, kayak aku ma kamuhh..” 
Saya di perpisahan hanya bisa membatin : “Beruntung sekali calon suami.. andai saja….”????????

??????Salam sehat penuh rahmat????????

#IKN #IBUKOTANUSANTARA

(***)