Legenda Dewi Sri
Dewi Sri merupakan putri Prabu Srimahapunggung II dari Keraton Purwacarita (Kendal) yang menjadi raja pada tahun 451 - 477 candrasengkala (±127 SM - 101 SM) selama 26 tahun menjabat.
Dewi Sri dikenal sebagai tokoh yang berpengaruh dalam pengembangan dan penyuluh pendidikan rumah tangga dan ilmu pertanian bagi masyarakat Jawa kuno.
Awalnya Dewi Sri hanya ingin menemani saudara kembarnya Raden Sadana yang pergi tanpa pamit karena dipaksa terus menerus oleh ayahnya untuk dinikahkan dengan Dewi Panitra, putri dari pejabat Purwacarita bernama Arya Partaka. Namun pada akhirnya Dewi Sri dan Raden Sadana memutuskan untuk tidak kembali ke Keraton.
Awal pengungsi tersebut juga disebabkan ternyata sang Ayah menerima tawaran Prabu Pulaswa, raja Medang Kumuwung yang wilayahnya juga bertetangga dengan Keraton Purwacarita. Raja tersebut ingin melamar Dewi Sri namun dengan syarat harus menemukan dimana Dewi Sri melarikan diri.
Utusan Medang Kumuwung dipasrahkan kepada Ditya Kalandaru untuk mencari dimana Dewi Sri berada.
Dalam pengungsi tersebut terdapat beberapa desa yang disinggahi seperti desa medangwangi, Karanglengki, Kalimarka, Beji, Boga, Medangwantu, Medanggowang dan Medangagung yang menjadi perjalanan akhir pengungsinya saat dikejar oleh punggawa keraton Medang Kumuwung. Desa Medanagung ini diubah menjadi Sringawanti sebagai pusat pendidikan dan penyuluhan bagi pengembangan pertanian.
Dewi Sri mendapatkan gelar Widyadari oleh para Dewa (baca : Sesepuh atau Tetua dari berbagai agama Dewa), Gelar ini setara dengan seorang ilmuwan. Dewi Sri juga mendapat anugrah sebuah Pedati yang ditarik seekor Lembu Gumarang serta Cambuk Nagaserang. Dengan kendaraan tersebut, Dewi Sri selalu berkeliling tanah jawa untuk menyebarkan bibit tanaman dan membagikan ilmunya bagi seluruh rakyat tanah Jawa.
(***)