ATTILA DARI HUN



Attila the Hun (dikenal juga sebagai Attila si Hun) adalah salah satu pemimpin militer paling terkenal dan ditakuti dalam sejarah. Ia menjadi pemimpin kekaisaran Hun, sebuah konfederasi suku-suku nomaden, pada awal abad ke-5 Masehi. Attila memimpin bangsanya melalui berbagai kampanye militer besar, menciptakan reputasi sebagai ancaman besar bagi kekaisaran Romawi, baik di Barat maupun Timur.


LATAR BELAKANG KEKAISARAN HUN

Sebelum masa Attila, suku Hun adalah kelompok nomaden yang berasal dari Asia Tengah dan dikenal dengan gaya hidup berkuda serta seni perang yang kuat. Pada abad ke-4, mereka mulai bermigrasi ke arah barat, menduduki berbagai suku Jermanik yang ada di Eropa Tengah dan Timur. Kekuatan dan agresivitas mereka membuat suku-suku Jermanik terdesak hingga krisis yang terjadi di kekaisaran Romawi. Para pengamat percaya bahwa kebangkitan dinasti Hun dan migrasi mereka merupakan salah satu faktor yang berkontribusi pada jatuhnya kekaisaran Romawi.


ATTILA MENJADI PEMIMPIN HUN

Attila lahir sekitar tahun 406 M dan tumbuh di lingkungan militer. Ia mewarisi kepemimpinan bersama saudaranya, Bleda, setelah kematian paman mereka, Rugila, pada tahun 434 M. Selama beberapa tahun, Attila dan Bleda memimpin bersama, tetapi pada tahun 445 M, Attila membunuh saudaranya dan menjadi penguasa tunggal kerajaan Hun. Di bawah kepemimpinannya, kekaisaran Hun mencapai puncak kejayaannya.


INVASI KE KEKAISARAN ROMAWI TIMUR

Attila pertama kali mengarahkan serangannya ke kekaisaran Romawi Timur. Pada tahun 441, ia memimpin kampanye besar melawan kota-kota di Balkan. Pasukan Hun menghancurkan kota-kota besar, termasuk Naissus (sekarang Niš di Serbia) dan Sofia di Bulgaria. Kaisar Romawi Timur Theodosius II terpaksa membuat perjanjian damai dengan Attila pada tahun 443, membayar upeti besar untuk menghindari lebih banyak serangan.


Namun, pada tahun 447, Attila kembali menyerang kekaisaran Romawi Timur, dan Theodosius II harus mengakui kekalahannya dengan syarat yang lebih berat, termasuk pembayaran upeti yang lebih besar. Kampanye ini menegaskan kekuatan Attila sebagai ancaman serius bagi Roma dan memperkuat citranya sebagai penguasa yang tak terbendung.


SERANGAN KE KEKAISARAN ROMAWI BARAT

Setelah memerintah Romawi Timur, Attila beralih ke kekaisaran Romawi Barat yang dipimpin oleh Kaisar Valentinian III. Pada tahun 451, Attila memimpin pasukan besar menuju Galia (Prancis modern) dengan tujuan memperluas wilayah kekuasaannya dan mungkin juga karena alasan politik. Pasukannya mencapai Orléans, tetapi ia dihentikan di Pertempuran Chalons oleh pasukan Romawi dan suku-suku sekutu, termasuk Visigoth, di bawah komando Flavius ??Aetius, seorang jenderal Romawi yang berpengalaman. Meski pertempuran ini tidak benar-benar memenangkan pihak mana pun, Attila terpaksa mundur dari Galia, yang merupakan kekalahan pertama baginya.


Pada tahun 452, Attila memimpin pasukannya untuk menyerang Italia dan menghancurkan kota-kota di sepanjang jalur invasi, termasuk Aquileia, yang hancur begitu parah sehingga konon kota tersebut tidak pernah dibangun kembali di tempat aslinya. Namun, Attila tidak melanjutkan serangan ke Roma. Menurut legenda, Paus Leo I berhasil bernegosiasi dengan Attila, dan atas alasan yang tidak sepenuhnya jelas, Attila memutuskan untuk mundur dari Italia. Beberapa spekulasi berspekulasi alasan mundurnya Attila terkait dengan wabah penyakit yang mencakup pasukannya atau karena kekurangan pasokan makanan.


SELESAI HIDUP ATTILA

Attila meninggal secara mendadak pada tahun 453 di malam pernikahannya dengan seorang wanita bernama Ildico. Menurut novel Romawi, ia mengalami pendarahan hebat dari hidung atau tenggorokannya setelah minum-minum dalam pesta pernikahannya, meskipun beberapa teori menyebutkan bahwa ia mungkin diracun. Setelah kematiannya, kekaisaran Hun tidak memiliki pemimpin puncak Attila. kerajaan tersebut dengan cepat terpecah karena konflik internal di antara para putra dan suku-suku yang menjadi sekutunya.


PERINGATAN & REPUTASI

Attila the Hun dikenang dalam sejarah sebagai salah satu pemimpin militer yang paling menakutkan. Namanya menjadi legenda dan simbol kebrutalan, terutama bagi Romawi, yang menyebutnya "Cemeti Tuhan" karena dianggap sebagai alat Tuhan untuk menghukum mereka atas dosa-dosa mereka. Bagi suku-suku Hun, Attila dipandang sebagai pemimpin kuat yang memperluas wilayah kekuasaan mereka dan mempertahankan identitas budaya mereka di dunia tengah yang didominasi kekaisaran Romawi.


Meskipun runtuhnya Hun tak lama setelah kematiannya, warisan Attila tetap hidup dalam ingatan Eropa dan menjadi inspirasi dalam sastra dan budaya pop. Kehidupan dan kepemimpinannya menggambarkan masa transisi besar dalam sejarah Eropa ketika kekuatan barbar menantang kekaisaran Romawi yang tengah melemah, yang pada akhirnya berkontribusi terhadap jatuhnya kekaisaran Romawi Barat pada tahun 476.


Referensi

1. Heather, P. (2005). Runtuhnya Kekaisaran Romawi: Sejarah Baru Roma dan Bangsa Barbar. Oxford University Press.

2. Kelly, C. (2008). Akhir Kekaisaran: Attila Sang Hun dan Kejatuhan Roma. WW Norton & Company.

3.Thompson, EA (1996). orang Hun. Blackwell Publishers dan berbagai sumber lainnya.


(***)