Gunung Agung dulu adalah ikon toko buku

Gunung Agung dulu adalah ikon toko buku. Selama 70 tahun, ia menjadi tempat belajar, mencari inspirasi, dan menghabiskan waktu. Tapi pada tahun 2023, semua gerainya resmi tutup.
Penyebabnya bukan karena orang berhenti membaca, melainkan karena mereka gagal beradaptasi. Saat dunia beralih ke ebook, marketplace, dan layanan digital, Gunung Agung masih bertahan dengan pola lama: toko fisik dan brosur cetak. Akhirnya mereka kalah bersaing, kehilangan pelanggan, lalu tumbang.
Pelajarannya jelas: produk bagus dan merek besar tidak akan bertahan lama tanpa sistem bisnis yang adaptif. Pesaing seperti Gramedia atau Periplus bisa bertahan karena mereka memiliki sistem digital yang rapiādari pemasaran online, distribusi modern, hingga manajemen data pelanggan. Sistem inilah yang membuat mereka lebih fleksibel menghadapi perubahan zaman.
(***)