Kisah Heroik Daeng Magalle Melawan Negeri Orang
Di tanah Bugis-Makassar, nama Daeng Magalle dikenang sebagai sosok militer yang tidak gentar menghadapi bahaya, bahkan ketika harus mengarungi jauh melintasi lautan untuk menegakkan kehormatan bangsanya.
Pada masa ketika perantau Bugis-Makassar menyebar ke berbagai negeri, Daeng Magalle bersama para pengikutnya berlayar menuju tanah asing. Di negeri itu, orang-orang Bugis-Makassar sering dipandang sebelah mata, dianggap sebagai pendatang yang hanya numpang hidup. Namun, keteguhan hati dan kecakapan Daeng Magalle membuatnya dihormati, karena ia tidak pernah tinggal diam bila kehormatan bangsanya diinjak.
Suatu ketika, perpecahan antara penduduk negeri itu dengan perantau Bugis-Makassar. Pemerintah setempat ingin menyingkirkan mereka, bahkan mengirim pasukan untuk menindas. Dalam keadaan genting, Daeng Magalle berdiri tegak di hadapan kaumnya. Dengan suara lantang ia berkata:
> “Lebih baik kita gugur dengan terhormat, daripada hidup terhina di negeri orang. Bugis-Makassar pantang mundur bila harga diri diinjak!”
Pertempuran pun pecah. Meski jumlah pasukannya sedikit, Daeng Magalle memimpin dengan taktik cerdas. Ia menggunakan strategi perang laut Bugis-Makassar, menyerang dengan cepat lalu menghilang, memukul lawan di titik lemah. Senjatanya bukan hanya keris dan tombak, tapi juga keberanian yang membara.
Hari-hari itu, nama Daeng Magalle mulai ditakuti. Lawan yang awalnya meremehkan, justru gentar menghadapi keberanian seorang perantau Bugis-Makassar. Akhirnya, negeri itu terpaksa mengakui kekuatan dan keteguhan hati Daeng Magalle serta para pengikutnya.
Sejak saat itu, kisah keberanian Daeng Magalle menjadi legenda yang diceritakan turun-temurun. Ia dikenang bukan hanya sebagai pejuang di tanah kelahirannya, tetapi juga sebagai simbol kehormatan Bugis-Makassar yang selalu berdiri tegak meski berada di negeri orang.
(***)