KELILING DJAKARTA DENGAN SEPEDA BAN MATI DEMI TEKAD!!!

Menyambut Rapat Raksasa Ikada 19 September 1945
Jakarta, 16 September 1945
Nama Sairi Atma Widjaya mungkin tak akan ada fotonya di sebaran Internet, dia juga mungkin hanya pemuda biasa kebanyakan seperti pemuda pada umumnya.
Tapi apa yang dia lakukan membuat sebuah tekad mungkin bagi kita saat ini belum tentu ada yg bisa melakukannya.
Bayangkan dia dengan sepeda keliling kota Jakarta hanya untuk menghubungi tokoh pemuda di seluruh Jakarta agar bersiap membantu pelaksanaan Rapat Raksasa Ikada... Dan sepeda yg ia gunakan adalah sepeda ban mati! Artinya hanya karet mentah tanpa angin!
Sairi Atma Widjaja yang tinggal di gang di Tanjung Karang sentiong mendapat "tugas" dari Bahar Razak untuk menyebarkannya ke mana-mana berita akan diadakan Rapat IKADA terutama ke para pemuda di mana saja.
Dengan mengayuh sepedanya Sairi pertama ke Tanjung Priok dan menghubungi Abdurrachman, seorang teman yang berpengaruh di daerah itu.
Setelah dari Priok, Sairi kembali menggenjot sepeda larangan matinya ke wilayah Sawah Besar, di sana ditemuinya Wahidin.
Ia pun memburu Harun Umar di Kalipasir, dari kalipasir kemudian "lari" ke Jatinegara untuk mencari teman-teman di sana termasuk Ce Mamat, seorang pemuka pemuda Banten.
Esok saat Sairi kembali mengayuh sepedanya ke kalideres untuk mendekati Abdulkadir, seorang mantan pemimpin Seinendan (pemuda barisan) yang perlu mengerahkan bekas anak buahnya untuk menjaga suasana rapat di Ikada.
Sorenya Sairi kembali memutar sepedanya ke kawasan Kemayoran untuk meminta bantuan kawan-kawannya juga orang-orang polisi di Tanjung Priok, yang dikenal dengan sebutan Tuan Banteng.
Dari Tuan Banteng diperoleh banyak informasi tentang gerak-gerik tentara Jepang. Sebagai Polisi, Tuan Banteng merupakan pengecualian, karena simpatinya yang besar untuk perjuangan pemuda. Anak Tuan Banteng pun kemudian ikut serta dalam kegiatan persiapan rapat ikada.
gila!!! Keliling Jakarta dengan sepeda ban mati! Hanya orang bertekat Merdeka saja yg punya.
Sekelumit perjuangan pemuda pemuda Betawi dalam mempersiapkan rapat raksasa IKADA 19 September 1945.
Sumber buku Samudra Merah Putih
Beny Rusmawan
(***)