Semangat Baja di Lapangan: Perjuangan Heroik Tauhid dan Tim Bulu Tangkis Menangkan Dikpora di Laga Dramatis



Suara riuh penonton dan gemuruh botol air mineral bekas yang dipukul bertalu-talu menjadi Saksi bisu atas sebuah drama yang layak dikenang dalam ajang Piala Walikota 2025. Di lapangan.

Pemain dari Dinas Dikpora Kota Bima:

1. Wendi Mainormansjah, SE.MM

2. Muhajirin, S.Pd

3. Mukti Aditya, S.Pd.M.Pd

4. Juwaid, A.Md

5. Tauhid Lil Akbar

6. Farhan, S.Sos

7. Mihrab, S.Sos, dan

8. Abubakar, M.Pd

Pemain dari Dinas Dikpora Kota Bima dengan lutut yang enggan menyerah, menjadi pahlawan tak terduga yang membawa tim Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Bima meraih kemenangan yang menguras emosi atas rival berat mereka, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PU PR) Kota Bima dan Dinas lainnya kalah dari tim Dinas Dikpora Kota Bima

Pertarungan perebutan tiket menuju babak selanjutnya ini memang sudah diprediksi akan berjalan sengit. Benar saja, kedudukan imbang 1-1 setelah dua partai pertama dimainkan. Tim pertama Dikpora berhasil menang susah payah melalui rubber game, namun tim kedua mereka harus mengakui keunggulan lawan secara straight set. Semua mata kini terjadi pada penentuan partai.

Dalam kondisi tertekan, Dikpora terpaksa menurunkan pasangan Farhan dan Tauhid. Nama terakhir menjadi sorotan utama. Tauhid adalah pemain yang sudah lama menepi dari lapangan akibat cedera lutut kambuhan yang sering mengganggunya. Keputusan menurunkannya adalah sebuah pertaruhan besar, lahir dari ketiadaan pemain lain yang berhalangan hadir. Dengan semangat membela instansinya, Tauhid pun memaksa untuk bertanding.

Awalnya, pertaruhan itu tampak akan terbayar Lunas. Di game pertama, pasangan Dikpora tampil solid dan sempat unggul nyaman dengan skor 17-12. Namun, keunggulan yang sudah ada di depan mata itu sirna. Tim PU PR dengan sabar mengejar, memanfaatkan setiap celah, dan secara mengejutkan berhasil mengatasi keadaan untuk merebut permainan pertama.

Memasuki game kedua, ketegangan semakin memuncak. Aksi jual beli serangan terjadi, poin pun saling berkejaran dengan ketat. Saat kedudukan imbang 8-8, mimpi buruk tim Dikpora seakan menjadi nyata. Tauhid tumbang di lapangan, memegangi lututnya yang kembali terasa sakit. Seluruh pendukung Dikpora menahan napas.

Namun, di titik balik cerita heroik ini dimulai. Setelah beberapa saat, Tauhid dengan susah payah berusaha bangkit. Dengan langkah yang terseok-seok dan menahan sakit yang terlihat jelas di wajahnya, ia menyatakan mampu melanjutkan pertandingan. Kondisi ini jelas menjadi sasaran empuk lawan. Serangan-serangan tajam terus diarahkan padanya. Tapi Tauhid menolak menyerah. Ia “ngotot”, berjuang dengan kekuatan, dan dengan semangat baja yang luar biasa, ia dan Farhan berhasil merebut game kedua, memaksakan digelarnya penentuan game.

Di game ketiga, keajaiban seolah berlanjut. Rasa sakit itu seolah berubah menjadi kekuatan. Permainan Tauhid justru terlihat semakin stabil. Pukulan-pukulannya lebih terarah, dan ia bersama Farhan berhasil membangun titik tepi yang cukup jauh. Tim PU PR sempat memberikan perlawanan sengit dan berusaha mengejar hingga kedudukan 13-17, membuat jantung para pendukung kembali berdebar. Namun, momentum sudah menjadi milik Dikpora. Mereka kembali bangkit, tak membiarkan kesempatan hilang untuk kedua kalinya, dan akhirnya menutup pertandingan dengan skor kemenangan 21-15.

Pada saat itu juga, suasana haru meledak. Hampir saja seluruh kru dan pemain Dikpora yang berada di tepi lapangan meneteskan air mata. Sebuah kemenangan dramatis yang diraih lewat pengorbanan dan semangat pantang menyerah.

Di antara kehadiran pendukung, tampak Kepala Bidang Dikdas, Slamet, ST., larut dalam euforia, melompat dan berteriak bersama kru lainnya. Pemandangan yang paling menyentuh adalah barisan "ibu-ibu" dari kontingen Dikpora. Selama pertandingan, mereka tak henti-hentinya melontarkan doa, ketakutan yel-yel penyemangat, dan menciptakan gangguan dengan pukulan-mukulkan botol air mineral bekas—suara harapan mereka yang beradu dengan riuh rendahnya suara pendukung lawan.

Kemenangan ini bukan hanya tentang skor atau lolos ke babak berikutnya. Ini adalah tentang pembuktian bahwa di atas lapangan, semangat, tekad, dan pengorbanan mampu mengalahkan rasa sakit dan segala keterbatasan. Tauhid dan tim bulu tangkis mungkin datang sebagai pilihan terpaksa, namun ia pulang sebagai pahlawan yang mengajarkan arti perjuangan sesungguhnya.

 

(***)