Tidak Ada Faktor Usia, Untuk Cari Nafkah,

Meski Badan Sudah Rapuh Kakek 89 Tahun Jadi Buruh Tani Demi Bisa Makan

“Kalau Kakek belum punya uang, terpaksa harus berhutang beras sama ikan asin ke warung, nanti bayar kalau sudah punya uang"

Kakek Jamaih (89) dengan tenaga yang tersisa di masa senjanya, meski berjalan harus dengan bantuan tongkat kayu ia tetap bersemangat demi bisa bertahan hidup, menggarap lahan milik orang lain yang jaraknya cukup jauh bukanlah satu alasan ia untuk menyerah.

“Selagi Kakek mampu pasti dijalani"

Menggarap lahan milik orang lain dengan cara ditanami singkong dan pohon Nanas, hasil dari jerih payahnya ia pergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Kini Kakek Jamaih tinggal bersama istrinya yang sudah sering sakit-sakitan, meskipun penghasilan dari bercocok tanam tidak mencukupi kebutuhan hidupnya namun ini adalah salah satu usaha ia tidak mau berpangku tangan mendapat belasan belas kasihan dari orang lain.

“Biasanya setelah lahan kakek cangkul, baru ditanami singkong dan pinggirnya ditanami pohon nanas, kalau singkong biasanya harganya murah paling Kakek dapat Rp.200.000 sekali panen dan waktunya dari tanam hingga panen bisa 6 bulan, kalau dari nanas lebih lama biasanya sudah 1 tahun baru bisa panen dan harganya sangat murah untuk 1 buah nanas paling dibeli Rp.2.000 saja, tapi Alhamdulillah bisa buat bayar hutang ke warung dan bisa beli beras"

Menggarap lahan yang lokasinya cukup jauh apalagi bagi Kakek Jamaih yang usianya sudah sangat sepuh membuat ia sering merasa kelelahan, untuk membantu jalanya yang sudah membungkuk ia menopang tubuhnya dengan tongkat, berangkat pagi hingga waktu sholat dzuhur tiba ia lakukan setiap hari, dengan harapan hasil dari jerih payahnya mendapatkan hasil agar ia dan istrinya bisa bertahan hidup.

“Kalau ga pake tongkat suka terasa sakit apalagi pemancarannya lumayan jauh dan menanjak"

Kerja keras di usia senjanya bukanlah tanpa alasan, karena ia harus bisa memperjuangkan istrinya yang sering mengalami sakit asma yang dideritanya, ia pun tak mau membebankan hidup kepada orang lain dan anak-anaknya.

“Kakek gak mau menjadi beban buat anak-anak, karena kakek tahu anak-anak juga kondisinya sama seperti kakek dan sudah memiliki tanggung jawab masing-masing”

Selain semangat kerja yang sangat luar biasa, Kakek Jamaih adalah orang yang sangat peduli terhadap Masyarakat, dalam keterbatasan fisik setiap hari jum'at ia selalu menyapu jalanan yang menuju masjid, sepanjang jalan dari perkampungan yang menuju masjid ia sapu hingga bersih dengan harapan para jamaah yang ingin shalat jumat merasa nyaman.

“Kalau hari jum'at kakek ga ke kebun, kakek harus membersihkan jalanan menuju masjid biar orang mau jumatan lebih nyaman”

Harapan di masa senjanya ia ingin lebih konsentrasi dalam beribadah sebagai persiapan menghadapi Sang Pencipta, namun karena kebutuhan ia harus tetap bekerja.

“Kalau harapan mah biar sehat untuk beribadah, kalau ada rezeki kakek pengen di masjid bersih-bersih, tapi kakek belum bisa karena harus tanggung jawab sama istri yang harus di nafkahi”


(***)