Pierre Tendean Curhat soal Kekasih, Istri Jenderal AH Nasution Beri Nasihat Ini.


Kapten Pierre Andries Tendean, lahir di Jakarta pada 21 Februari 1939, adalah perwira muda penuh kharisma yang menjadi ajudan Jenderal Besar Abdul Haris (AH) Nasution. Berasal dari campuran darah Prancis-Minahasa, Pierre tumbuh sebagai sosok cerdas, disiplin, sekaligus hangat dalam pergaulan. Ibunya, Maria Elizabeth Cornet, berdarah Prancis dari Leiden, Belanda, sementara ayahnya, Aurelius Lammert (AL) Tendean, adalah seorang dokter spesialis jiwa keturunan Minahasa.


Sejak 15 April 1965, Pierre tinggal di kediaman Jenderal Nasution, Jalan Teuku Umar No. 40, Menteng, Jakarta. Kehadirannya bukan hanya sebagai ajudan, tetapi juga telah menjadi bagian dari keluarga besar Nasution. Putri sulung Nasution, Yanti, mengenang bahwa Pierre kerap duduk di dapur bersama ibunda Johanna Sunarti, berdiskusi banyak hal hingga larut malam.


Di balik ketegasannya sebagai pasangan, Pierre menyimpan kisah cinta manis dengan Rukmini Chamim, gadis asal Medan yang ia rencanakan menjadi pendamping hidupnya. Hubungannya begitu serius, hingga Pierre sering bercerita kepada Ibu Sunarti tentang rencana pernikahannya. Dengan keibuan, Sunarti memberi nasihat penuh makna:


"Jangan terlalu memuja calon istrimu. Jangan sekali-kali menganggap cintamu tak bisa dipisahkan oleh siapa pun. Wajarlah saja dalam bercinta. Ibu percaya pada ketabahan dan kebijaksanaanmu."


Nasihat itu, disampaikan hanya dua hari sebelum peristiwa G30S 1965, seolah-olah akan menyebabkan penundaan yang tragis. Pada dini hari tanggal 1 Oktober 1965, pasukan Cakrabirawa menculik Pierre dari rumah Nasution. Ia kemudian menjadi salah satu korban yang gugur di Lubang Buaya, tercatat sebagai Pahlawan Revolusi.


Kisah Pierre Tendean bukan sekedar tentang pengabdian seorang prajurit, tetapi juga tentang cinta yang tak sempat berlabuh. Ia dikenang sebagai perwira muda yang gagah berani, penuh dedikasi, dan memiliki hati yang lembut. Namanya abadi, tidak hanya dalam sejarah bangsa, tetapi juga dalam kenangan orang-orang yang mencintainya.



(***)