Tragedi Lubang Buaya: Pemb4nt4ian 7 Jenderal G30S/PKI 1965



Versi Resmi Pemerintah Orde Baru - Kronologi Lengkap


---


Awal Mula: Bara di Tengah Bangsa


Tahun 1965, Indonesia berada di ambang perpecahan.

Partai Komunis Indonesia (PKI) tumbuh menjadi kekuatan politik besar dengan jutaan anggota. Ideologi ateis yang mereka gunakan bertentangan dengan Pancasila.


Di sisi lain, TNI Angkatan Darat menjadi benteng pertahanan ideologi negara. Presiden Soekarno berusaha merangkul semua pihak melalui konsep Nasakom (Nasionalis, Agama, Komunis). Namun pemandangannya tajam.


Isu “Dewan Jenderal” yang mengutarakan kekhawatiran Presiden semakin menyulut ketegangan. Situasi kian panas hingga akhirnya meledak pada malam 30 September 1965.


---


Malam Kudeta : Rencana yang Dijalankan


Dalam malam yang gelap, pasukan Cakrabirawa bersama unsur PKI bergerak melancarkan operasi rahasia.

Tujuan mereka: menyingkirkan jenderal-jenderal TNI AD.


Pimpinan operasi ini adalah Letkol Untung Syamsuri, didampingi Kolonel Latief, Walikota Suyono, dan Walikota Pranoto.

Pasukan bersenjata lengkap disiapkan. Jakarta masih tertidur lelap, sementara bayangan kudeta mulai berkabut.


---


Dini Hari Maut: Penculikan Para Jenderal


Sekitar pukul 03.00, rumah-rumah para jenderal diserbu.


Jenderal AH Nasution berhasil lolos, namun ajudannya, Lettu Pierre Tendean, tertangkap.

Jenderal Ahmad Yani ditembak mati di rumahnya.

Mayjen R. Suprapto diseret hanya berbalut sarung.

Mayjen MT Haryono sempat melawan sebelum ditangkap.

Mayjen S. Parman diculik dalam keadaan setengah sadar.

Brigjen Sutoyo Siswomiharjo diambil secara paksa di hadapan keluarga.

Brigjen DI Panjaitan ditembak, jasadnya ikut dibawa.


Malam itu dipenuhi jerit keluarga, suara tembakan, dan ketakutan yang menyayat hati.


---


Lubang Buaya: Markas Gelap Kudeta


Para jenderal yang ditangkap dibawa ke Lubang Buaya, markas latihan milisi PKI di Pondok Gede, Jakarta Timur.

Di sana terdapat barak-barak sederhana, gudang senjata, dan sebuah sumur tua sedalam 12 meter