Potret Adik Kandung Kapten Pierre Tendean Jarang Tersorot, Masih Terlihat Cantik.

Siapa yang tak mengenal Kapten Czi (Anumerta) Pierre Andries Tendean, perwira muda TNI yang gugur dalam peristiwa G30S 1965 dan diangkat menjadi Pahlawan Revolusi. Namun, di balik keteguhan dan keteladanan sosoknya, ada kisah penuh haru tentang adik perempuannya, Rooswidiati Tendean, yang hingga kini terus menjaga kenangan sang kakak.
Momen Terakhir Bersama Keluarga
Pierre adalah putra kedua dari tiga bersaudara. Kakaknya bernama Mitzi Farre Tendean, sementara adiknya adalah Rooswidiati yang akrab dipanggil Oma Roos. Pada bulan Juli 1965, Pierre menyempatkan diri pulang ke Semarang untuk menghadiri hari bahagia Ayam yang menikah dengan Jusuf Razak.
Pernikahan sederhana itu menjadi momen terakhir Pierre berkumpul bersama keluarga. Sang ibu, Maria Elizabeth Cornet, dengan berlinang air mata mencium kedua pipi putranya. Ia berpesan penuh doa, “Pierre lekas pulang ke rumah ya, jika keadaan mengizinkan. Hati-hati anakku.”
Ayahnya, dr. AL Tendean, menampar Pierre dengan harapan yang sama, “Semoga Tuhan melindungimu.”
Pierre juga menyampaikan pesan kepada adik iparnya dengan nada serius, “Mas, aku titip adikku. Tolong jaga dia.” Pesan itu menjadi kenangan terakhir yang tak terlupakan bagi Roos.
Kedekatan Kakak dan Adik
Roos lahir pada November 1944, lima tahun lebih muda dari Pierre. Dari ibunda berdarah Prancis dan ayah Minahasa, Roos diturunkan paras cantik yang anggun. Bahkan di usia senjanya, ia kerap menuai pujian karena tetap tampil anggun dengan kebaya yang menjadi ciri khasnya.
Bagi Roos, Pierre bukan sekedar kakak laki-laki satu-satunya, melainkan sosok pelindung, teladan, dan kebanggaan keluarga. Maka tak heran bila kenangan pertemuan terakhir itu begitu membekas di hati.
Menjaga Warisan Sang Kakak
Rasa cinta dan hormat kepada kakaknya membuat Roos aktif terlibat dalam penulisan buku “Sang Patriot Kisah Seorang Pahlawan Revolusi: Biografi Resmi Pierre Tendean.” Ia ikut memberikan kisah, kenangan, dan detail kehidupan Pierre agar generasi berikutnya dapat mengenal lebih dekat sosok pahlawan muda yang gugur di usia 26 tahun.
Tak hanya itu, Roos juga dikenal karena kiprahnya di bidang sosial. Pada tahun 1985, ia dipercaya sebagai Ketua Umum Yayasan Sayap Ibu (YSI) Pusat, lembaga yang fokus pada kesejahteraan anak-anak terlantar. Dedikasinya ini seolah menjadi pengabdian jiwa pengabdian yang diwariskan dari sang kakak.
Ziarah Penuh Cinta
Hingga kini, setiap kali tiba hari ulang tahun Pierre, Roos tak pernah absen berziarah ke Taman Makam Pahlawan Kalibata. Baginya, mendoakan kakak tercinta adalah cara sederhana namun penuh makna untuk terus menjaga ikatan kasih yang tak terputus oleh maut.
Sumber : Merdeka.com
#PierreTendean
#RooswidiatiTendean
#PahlawanRevolusi
#KisahInspiratif
#SejarahIndonesia
#CintaKeluarga
#WarisanTakTerlupakan